Bali, Mataram, Minahasa, Batak, Papua, Ambon, Betawi, Sunda, Padang, Karo, Lombok, Aceh, dan begitu juga Nias Selatan yang memiliki banyak ragam tradisi.
Dari setiap daerah yang memiliki kuliner masing-masing, terlebih kuliner yang sudah lama dan sempat terlupakan, apalagi untuk generasi sekarang. Kini salah satu kuliner yang mulai langka itu kembali dihadirkan di Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara.
Kuliner tradisional tersebut dinamai "babae". Nama babae mungkin terasa asing di telinga kita, namun tidak bagi masyarakat Kabupaten Nias Selatan. Bahannya terdiri dari sejenis kacang-kacangan atau masyarakat setempat menyebutnya fakhe niha.
Menurut Sidi Adil Harita, S.Sos kepada Kompas.com bahwa salah satu kuliner tradisional Nias Selatan ini, yaitu babae, dahulu hanya dapat disuguhkan pada acara adat tertentu atau seperti saat pemberian nama anak yang baru lahir maupun pada pesta perkawinan.
Cara menanaknya pun hampir sama dengan menanak nasi sebagaimana biasanya. Hanya saja babae ini ditanak dengan menggunakan gerabah yang berasal dari tanah liat. Namun alat ini pun sangat sulit ditemui saat ini, hanya beberapa saja yang masih menyimpannya.
Setelah fakhe niha ini dianggap sudah kering benar, fakhe niha direbus hingga lunak kemudian ditumbuk halus dengan menggunakan tempat menumbuk padi. Setelah masak dicampurkan santan kelapa selama 30 menit.
Kini babae di Nias Selatan dihidangkan ketika meminang seseorang gadis. Jika babae dicicipi oleh yang dilamar menandakan bahwa lamaran diterima.hahaha....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar