Kamis, 22 Agustus 2019

Arab Christianity



"Kristen Arab"

Sekedar informasi kepada setiap umat Kristen (Pengikut Kristus) Indonesia bahwa saudara-saudari seiman yang berasal dari etnis Arab ada puluhan juta di Timur-Tengah. Mereka adalah orang-orang Arab yang biasa menggunakan bahasa Arab maupun budaya Arab.

Perlu diingat bahwa orang-orang Arab beragama Kristen sudah terlebih dahulu ada/eksis jauh sebelum islam lahir pada abad ketujuh tersebut.

Kekristenan sendiri sudah terlebih dulu ada pada abad pertama. Oleh karena itu tidak ada umat Kristen Arab nyontek budaya islam karena umat Kristen Arab sudah ada terlebih dulu. Mari kita buka wawasan bahwa misalnya budaya Arab, termasuk membaca Kitab/qiroat dengan tilawah, musik (dengan gambus, kecapi, rebana), berpakaian gamis, berpeci, dan seterusnya itu sudah menjadi tradisi/budaya Timur-Tengah. Disaat islam belum lahir pada abad ke-7 Kekristenan sudah pun menggunakan budaya-budaya ini. Bahkan bagi kita yang belum pernah mendengar tentang informasi ini akan terperangah dengan sikap Muslim Arab sendiri yang tidak mempermasalahkan hal ini, karena mereka sama-sama tahu itu budaya Timur Tengah dan mereka sama-sama menggunakan budaya-budaya tersebut untuk mengungkapkan iman. Adapun istilah sholat/sholah, sholawat, qosidah, alhamdulillah, insya Allah, Allahul Abi, Al-Masih, dst itu ternyata sudah biasa digunakan oleh umat Kristen Arab. Karena bagi umat Kristen Arab untuk menyebut God atau sesembahannya dalam bahasa mereka adalah Allah dan Allah mereka adalah Allah yang Esa yang telah Nuzul ke dunia sebagai Yesus Kristus atau Yasu'a Al-Masih 2000 tahun lalu dimana sebagai manusia Dia banyak mengajarkan hukum kasih yang luarbiasa, praktek kasih yang luarbiasa, dan puncak pelayanan-Nya adalah ketika kasih-Nya Ia mengalami sengsara, disalibkan, wafat, dan pada hari ketiga bangkit mulia dan terangkat ke Sorga. Semua itu karena cinta-Nya pada seluruh manusia agar manusia dapat diselamatkan.

Karena Kitab Suci sendiri mengatakan bahwa tidak ada nama lain yang karenanya kita dapat diselamatkan, kecuali hanya dalam Nama Yesus Kristus. Kembali lagi ke istilah-istilah Arab tersebut, tentu mereka menggunakannya karena itulah bahasa mereka sebagai orang Arab yang lahir di tanah Arab. Misal: Orang Kristen yang masuk kamar berkomunikasi/berinteraksi dengan Allah atau berdoa itu pun mereka sebut sholat. Bahkan setiap kali mereka membuat hubungan dengan Allah melalui doa spontan (ketika mau makan, minum, belajar, bepergian, dst) atau berdoa dengan teks doa yang dirumuskan (Doa 7 waktu, dll), doa pada pertemuan jema'ah semua itu mereka sebut SHOLAT/SHOLAH.

Sebab sholat itu memuji Tuhan, memohon, dialog /interaksi/hubungan dengan-Nya maupun bersyukur kepada-Nya. Jadi tidak benar sebagaimana yang dikatakan umat Ortodoks Timur Indonesia bahwa istilah sholat cuma disempitkan pada doa 7 waktu yang dirumuskan itu karena realitas, de facto tidak demikian, lha wong 'Doa Bapa Kami' yang berdiri sendiri saja juga disebut SHOLAT AR-ROBBANIYYAH (Doa yang diajarkan Tuhan sendiri kepada kita).

Demikian juga dengan istilah sholawat, qosidah, alhamdulillah, dst itu biasa mereka gunakan sebab itulah bahasa mereka. Kemudian perlu juga diketahui bahwa umat Kristen Arab biasa memakai nama-nama sebagai berikut: "Abdul, Azis, Faraq, Faruq, Ashraf, Taufik, Malik, Amir, Ibrohim, Sulayman, Yunus, Buthrus, Bulus, Ya'aqub, Ishaq, Syamuil, Harun, Yuhanna, Musa, Kamil, Halim, Hilmi, Faisal, Habib, Labib, Kamal, Jibran, Nabil, Nabila, Nadir, Nazhir, Naufal, Haddad, Majdi, Nashrallah,  Athallah, Mansur, dan seterusnya". Itulah realitanya bahwa ini pengungkapan iman melalui budaya mereka dan Kristen sama sekali tidak mencontek.

Kalau pun ada orang yang kurang wawasan tetap munuduh bahwa Kristen mencontek toh realitanya Kekristenan lebih dahulu ada di Timur-Tengah, karena pada hari Pentakosta dan pewartaan Para Rasul pada abad ke-1 banyak orang Arab sudah bertobat dan dibaptis (menjadi Kristen)."Orang Kristen" dalam bahasa Arab atau dunia Arab sering disebut Masihiyyin, sedangkan istilah "Kekristenan" atau "Kristiani"
adalah Masihiyyah. Kemudian Ad-Din Masihi adalah "Agama Kristen". Sedangkan sebutan Nasroni itu adalah dalam perspektif Muslim dalam menyebut orang-orang pengikut 'Isa. Tapi bagi Ana pribadi 'Isa itu bukan YESUS. Tidak bisa disandingkan karena ya memang dari sudut pandang historis, teologis, kristologis TIDAK SAMA. Semoga informasi ini bermanfaat.

"Salam damai dari opa frengky"✍️
________________________________________

"Arab Christianity"

As information to every Christian (follower of Christ) Indonesia that there are tens of millions of brothers and sisters of ethnic Arab origin in the Middle East. They are Arabs who usually use Arabic and Arabic culture.

It should be borne in mind that Arabs who were Christians had existed long before Islam was born in the seventh century.

Christianity itself had already existed in the first century. Therefore no Arab Christians cheat on Islamic culture because Arab Christians already existed first. Let us open the insights that for example Arabic culture, including reading the Book / qiroat with tilawah, music (with gambus, harp, tambourine), dressed in robes, courtesy, and so on, has become a tradition / culture of the Middle East. When Islam was not born in the 7th century Christianity had also used these cultures. Even those of us who have never heard of this information will be stunned by the attitude of the Arab Muslims themselves who do not mind this matter, because they both know that it is Middle Eastern culture and they both use these cultures to express their faith. As for the terms prayer / sholah, sholawat, qosidah, alhamdulillah, God willing, Allahul Abi, Al-Masih, and so on it is already commonly used by Arab Christians. Because for Arab Christians to call God or their worship in their language is Allah and Allah they are the One God who Nuzul has been to the world as Jesus Christ or Yasu'a Al-Masih 2000 years ago where as a man He taught a lot of the extraordinary laws of love , the extraordinary practice of love, and the culmination of His ministry when His love He suffered, was crucified, died, and on the third day rose noble and ascended to Heaven. All of that is because of His love for all humans so that humans can be saved.

Because the Scriptures themselves say that there is no other name for which we can be saved, except only in the Name of Jesus Christ. Back to the Arabic terms, of course they use it because that is their language as Arabs born in Arab land. For example: Christians who enter rooms communicate / interact with God or pray that they call prayer. Even every time they make a connection with God through spontaneous prayer (when they want to eat, drink, study, travel, etc.) or pray with the formulated prayer text (7 times prayer, etc.), prayer at the congregation meeting they all call SHOLAT / SHOLAH.

Because the prayer praises God, pleads, dialogue / interaction / relationship with Him or thanks to Him. So it is not true as said by Eastern Orthodox Indonesians that the term prayer is only narrowed down at the formulated 7 time prayer because the reality, de facto is not so, lha wong 'Stand alone Prayer of Our Father' is also called SHOLAT AR-ROBBANIYYAH (Prayer God taught us to us).

Likewise with the term sholawat, qosidah, alhamdulillah, etc. that is what they usually use because that is their language. Then it should be noted that ordinary Arab Christians use the following names: "Abdul, Azis, Faraq, Faruq, Ashraf, Taufik, Malik, Amir, Ibrohim, Sulayman, Yunus, Buthrus, Bulus, Ya'aqub, Ishaq, Syamuil , Harun, Yuhanna, Musa, Kamil, Halim, Hilmi, Faisal, Habib, Labib, Kamal, Jibran, Nabil, Nabila, Nadir, Nazhir, Naufal, Haddad, Majdi, Nashrallah, Athallah, Mansur, and so on ". That is the reality that this is the expression of faith through their culture and Christianity does not cheat at all.

Even if there is someone who lacks insight, it is still assumed that Christianity is cheating, however, the reality of Christianity was in the Middle East, because on the day of Pentecost and the proclamation of the Apostles in the 1st century many Arabs had repented and were baptized. Christianity "in Arabic or the Arab world is often called Masihiyyin, while the terms" Christianity "or" Christian "
is Masihiyyah. Then Ad Din Din Masihi was "Christian Religion". Whereas the term Nasroni is in the Muslim perspective in referring to followers of 'Isa. But for Ana the person 'Isa is not Jesus. It cannot be juxtaposed because yes it is indeed from a historical, theological, christological point of view NOT the SAME. I hope this information is helpful.

"Peaceful greetings from opa frengky" ✍️

Eep Saipudin Murtad

#Gbh

Rabu, 14 Agustus 2019

Haega Moroi Mböröta Danö Nononiha?



Bakha ba mbuku Famareso Ngawalö Huku Föna Awö Gowe Nifasindro ba Danö Nias, nifa’anö Dr M.G. Thomsen, tete 10, imane wanguma’ö: Heza i’o`tarai Soi Nono Niha. Balö tatu nasa irugi ma’öchö. Hasinahö dödö zi so. Si ndruhu ha sambua soi ira, si no faehu ba soi tanö bö`ö simane Batak, Aceh, Minangkabau ba tanö bö’ö nia na, he dali ngawalö huku ba hikaya, he dali dandratandra mboto ba he dali li….
Ba no tatu sa’atö wa fao Soi Nono Niha ha gangowuloa Soi Indonesia nifotöi Altvoiker Indonesia, eluaha nia Soi Sagatua, me oroma göi zi fachili- chili tandra ba mbotora, he huku ba he li, Ha sara dödö ndra ahli etnologi fefu wa soi andre sawu’a moroi ba danö Tionghoa Raya simumalö ba Asia Tenggara ba ginötö ± sarangahönö fache döna wa’atumbu Keriso.
Molo`ö DR. Marshall ba mbuku nia Metallur-gieund Frube Besiedlung Indonesiens (1968), itutunö na dali wa mare so nia niha sawu’a andrö, ba no to’ölö ira sa’ae monowi ba wananö fache, mangambuchi si’öli, ma mözi ana’a ba mananö ohi bamo gowi. No so göi ba gotaluara zamasindro gowe molo`ö hukura. Te no f’ao Nono Niha ba gotalua soi sagawu’a andrö. Me’ ofeta ira ba Hulo Niha (he lö ato ira), ba labörötaigö wombabaya halöwöra molo`ö si no to`ölö ira ba danö ni’otaraira.
Simanö göi molo’ö F’.M. Schnitger bacha ha mbuku nia Fogetten Kingdoms, ha niha zi fachili-chili ba huku Nono Niha (famasindro gowe sifachai ba gowasa) ya`ia da`ö huku Niha Naga ba Khassi si so ba danö Assam – Burma. Molo`ö si so ba dödö nia, zi hasambua naha ma tanö mege la`otarai soi sidombua andrö.
Fanutunö Zatua
Molo’ö fanutunö zatua Nono Niha föna ha niha mböröta niha ba danöda. Me lö na sa la’ila manura ba ha faoma li ngawalö nidunödunö gofu hadia ia chöra. Duma-duma nia, si mane hikaya, hoho, hada ba gorahua ma ba gowuloa, huku ba mbanua.
Börö me tohare Niha Ulandro ba he goi Zending Geremani ni borotaigö wama’anö ni’ombacha’ö ma nirongo-rongora. La fa’anö ba mbuku. Börö me lö ha’uga oya ni’ilara li ba he göi huku Nono Niha, fa me’era ba mbuku ha ma’ifu sibai.
Awena ba ginötö Tua Thomas, Kramer, Sunderman, Lagemann ba Fries zangowuloi hikaya hikaya, amaedola ba huku mbanua. He wa’ae hatö fa zambua tö zitoröi mbuku nisurara andrö, ba irugi ia da’a na sa so mbuku andrö.
Baero Zanding Geremani, famareta Ulandro ya’ia da’ö Contoleur K.E.W.G. Schroder si no erai toröi ba Dano Niha i’otarai ndröfi 1904 irugi ndröfi 1910, zamareso Hulo Nono Niha ma’afefu. Angowuloa wamaresonia, ya’ia da’ö tefa’anö hacha ba mbuku Nias Ethnographische. Buku da’ö abölö ebua moroi ba mbuku nifa`anö nöra Tua tanö bö`ö.
Oya ngawalö hikaya zitesöndra na dali mböröta niha ba danö Niha. Ba’arakhagö fagölögölö hikaya wanguma’ö: Ono Niha si’oföna nidada moroi ba Dete Höli Ana’a. Tanö si sagörö tou andre, no la haogö wamazöchi ira Tua moroi yawa, ena’ö tola auri niha ba da’ö.
Si’oföna ladada, ya’ia Hi a Walangi Adu. Nahania ladada ba Zifalagö Gomo ia da’a, ma tetötöi ia föna Mbörönadu. Terongo göi mbanua Mazingö Gomo ba hikaya andrö ösa. Me ladada Gözö si yöu ba gaechula ba nasi. Ba’ena’o lö manaere danö ma hulo, andrö lafailo Daeli ba gatumbucha, ba Hulu ha gaekhula Danö Niha. Na tafaigi ngawalö nidunödunö andrö, ba aboto sibai ba dödöda wa lö fagögölögölö hikaya-hikaya wanutunö.
Ha moroi ba ma’uwu Luamewöna Silögu te’ombacha’ö nasa, wa ladada ia moroi ba Dete Holi Ana’a ofeta tou ba Mbörönadu. La’ila na sa la’oroma’ö naha mado Zebua ba gambara, ba mbanua Mbörönadu me föna.
Banua Sifalago Gomo, ma Börönadu, ba so na sa irugi ma’öchö. Niha sowanua ba da’ö ba ya’ira mado Hia. Ha sara manö dödö zanutunö hikaya wa ya’ia mbanua si oföna ba Nono Niha ba wa moroi ba mbanua Mbörönadu ibörögö muzawili niha mi sa ba zi sagörö Hulo Danö Niha. Numalö ba dalu danö zi oföna, awena miraya. aefa da’ö ba gaechula, ba mi yöu göi ösa ba wanarura banua sibohou.
Nidunoduno zatua föna ba Mbörönadu, ba ya’ia hikaya Duada Hia, Latutunö chö Tua Thomsen me döfi 1935, ya’ia da’ö itutunö chönia Tambalina Tuha Ana’a (Fangulu Idanö), ba awena lafa’anö ba zura. Börö wasuwöta, salina nisöndra doto Thomsen no taya. Ba me no aefa wasuwöta, Thomsen isöndra mangawuli salina nibe’e Rasoli Hia, ma’uwu Dambalina Tuha Ana’a.
He wa’ae lö oya sibai nidunödunö, ba na lafaigi si no mube’e ba zura irugi ma’öchö, ba lö fagölögölö sibai. Fabö’öbö’ö niwa’ö ba fabö’ö goi gera’era zamösana
ösi nidunödunö Tambalina Tuha Ana’a andrö, ba ya’ia da’ö wangombacha hewisa me tumbu Hia, me ladada ia halöwönia tou ba danö awö gochötania irugi wa’amatenia.
Si’otarai mbanua si yawa ba latötöi ha datölu warugi Hia “Daulu Sagörö si tumbu moroi ba nangi; ba ihalö wo’omonia Zotöla Gana’a, ono Orahua Zoya, si tumbu moroi ha nangi göi. Mo’ono ira Ara Foriwu Zihönö, fo’omonia Fuci Ta’oranö Usö, ono Dua Oroi ba Regerege Da’o. Onora ya’ia Langi Sagörö sangai dania fo`omonia Gaweda Nazariata Langi Ono matua si tumbu chöra dania, ya’ia da’ö Hia Walangi Adu.
Tabina ninania ba tenga simanö sito’ölö. Notoröi nono ba dalu ninania me ziwa fache wa’ara, ba’i’ila muhede sa’ae ba dalu ninania. I’ombacha`ö hewisa wame`e böröta danö sitou. I’andrö ena’ö iahalö ndra’i mbu ninania Nazariata Langi, lakaoni Mazai Sobaya Wö röcha ba wamazöchi tanö, ba lafailo nono sia’a chö langi Sagörö, Nazuwa Danö, Danedane Danö, ba ladada nasa sita simatua silötönia. Ere simaniga Razo zanofi tanö si sagörö. Me no awai fefu, ba tebato wehede Hia ha dalu ninania irugi inötö wa’atumbunia. Lo’itörö lala sito’ölö na tumbu niha, itörö wela-wela dödö ninania.
Me’ebua Hia Walangi Adu, ba ihalö fo’omonia Buruti Huna, ono Mali ba Wasulöna Danö. Awena i’andrö chö namania Langi Sagörö, ena’ö itörö sa’ae ni’ombacha’önia ba dalu ninania, wa lafailo ia tou tanömö niha ba danö. Fao chönia ena’ö nomo, osali, lafaogö göi gafore, tumba da tanö bö’önia na, ba laf’aogö göi ziambu Aya Langi.
I’andrö göi zawuyu ba nomo. Ba maoso Mali ba Wasulöna Danö, ifazöchi zihulö niha moroi ba lewuö, eu, la`uri ba ache, sitobali sawuyu Hia dania, dula’öfa niha wa’atora.
Awö Hia me ladada ia, ya’ia da’ö wo’omonia, ba baero da’ö geu Tora’a Langi, böröta zisiwa motöi. Ladada ira ba Zifalagö Gomo ma Börönadu andrö
Moroi ba Dora’a andrö itugu ara ba itugu aechu zi siwa motöi, ya’ia da’ö: ana’a, bawi, fache, gowi, manu, fino, tawuo, ohi ba bago.
Awena itaru`ö mbanua Hia Walangi Adu, ba if’a’anö fefu zi so chönia. Ya’ia zamatörö awönia ba ifobawalala chö gana’ania. Lafasindro nomora eu, la’uri mbawi, latanö wache, lalau gowasa, labözi gana’a, latoto gara ba wamazöchi behu, darodaro, harefa ba tanö bö’önia na. Chö namania Langi Sagörö sitoröi yawa ba Dete Höli Ana’a, ibe’e nadu eu, adu zatua, Hia Walangi Adu.
Dasiwa nonomatua chö Hia, ba latörötöröi mi sa danö ba hulo tanö bö’önia. Aefa wa’amate namara Hia, ba labe’e dödönia ba zi sambua guri, ena’ö toröi ia na sa ba nomo ba wame’e menemene chö ndraono nia. Ba börö me fa’udu ira dödö Hia ba ndronga owöliwa, Raina Huna, andrö ilau mofanö tödö Hia: Fao ba molö sebua itörö Gomo, Susua, itörö nasi irugi siyefo chö nononia alawe.
Söchi na asese taba so zura nidunö andre ba tanö bö’önia, era’era satua Nono Niha, nihaogö wanötöna ba li niha.
Sumber: Majalah Suara Ya`ahowu, No. 04/Th.I/September 1996

Hilisataro tempo doeloe

Hilisataro tempo doeloe