Fongers, Sepeda Onthel Resmi Tentara Hindia Belanda
Foto koleksi : fongers.net, pada foto adalah poster
iklan sepeda Fongers tentara Hindia Belanda (Nederlandsch Indische
leger)
Guna mempertahankan wilayah kekuasaannya kerajaan Belanda membangun
kekuatan tentara di Hindia Belanda. Setelah perang jawa (Java Oorlog)
selesai, pada 4 Desember 1830, Gubernur Jenderal Van den Bosch
mengeluarkan keputusan yang dinamakan “Algemeene Orders voor het
Nederlandsch-Oost-Indische leger”. Keputusan ini menetapkan pembentukan
suatu organisasi ketentaraan yang baru untuk Hindia Belanda, yaitu
Oost-Indische Leger (Tentara India Timur).
Di tahun 1836 atas saran dari Raja Willem I, tentara ini mendapat
predikat “Koninklijk“. Ketika Hendrik Colijn yang pernah bertugas
sebagai perwira di Oost-Indische Leger, menjadi Perdana Menteri, secara
resmi tentara di India-Belanda dinamakan Koninklijk Nederlands-Indisch
Leger, disingkat KNIL.
Istilah KNIL sebenarnya singkatan dari bahasa Belanda yaitu het
Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger, atau secara harafiah: Tentara
Kerajaan Hindia-Belanda. Meskipun KNIL melayani pemerintahan
Hindia-Belanda, banyak di antara anggota-anggotanya yang adalah penduduk
bumiputra di Hindia-Belanda dan orang-orang Indo-Belanda, bukan
orang-orang Belanda.
Setelah adanya penggunaan sepeda oleh kalangan militer, tentara KNIL
di Hindia Belanda pun dilengkapi sepeda untuk keperluan pasukan. Seperti
kita ketahui, kerajaan Belanda menggunakan tiga merek sepeda bagi
tentaranya yaitu Fongers, Burgers, dan Simplex. Sepeda untuk militer
Belanda ini dikenal dengan istilah WF (Wielrijders Fietsen). Nah, apakah
ketiga merek sepeda Belanda ini juga digunakan oleh tentara KNIL Hindia
Belanda? Ternyata tidak. Berikut penjelasanya.
Koran De Sumatra Post terbitan 1907 mengulas tentang kelangkaan atau
kurangnya pasokan sepeda untuk pasukan Belanda. Pasukan-pasukan
bersepeda KNIL ini beroperasi di beberapa wilayah nusantara (archipel)
seperti pulau Sumatra terutama daerah Medan, Aceh, dan Sumatra Barat.
Selain itu, juga pulau Jawa. Tentunya dibutuhkan sepeda yang berkualitas
baik dan sesuai dengan kondisi tanah atau medan di Hindia Belanda.
Namun pemerintah Belanda kebingungan dan terjadi perdebatan para
petinggi Belanda mengenai sepeda merek apa yang tepat digunakan oleh
tentaranya di Hindia Belanda. Saking alotnya perdebatan para petinggi
Belanda ini berakibat pasokan sepeda untuk militernya terhambat. Awalnya
pemerintahan Hindia Belanda menunjuk sepeda bermerek Brennabor buatan
Germany untuk digunakan oleh tentara Hindia Belanda.
Koran Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch Indie terbitan 1909
menulis tentang sepeda Brennabor (Brennabor Rijwielen) yang digunakan
oleh tentara Hindia Belanda. Berikut tulisan berita yang sudah
diterjemahkan ke bahasa Indonesia
Sepeda Brennabor
Sebagai tanda terima kasih kami terima dari Brennabor sebenarnya
untuk Brandenburg a / d Havel giel di dermaga sekitar 1907 daftar harga
produk yang diproduksi oleh sepedanya.
Seperti diketahui, sepeda Brennabor digunakan di weilrijdersbrigade
dari tentara India Belanda (Het Nieuws Van Den Dag Voor Nederlandsch
Indie, 1907).
Setelah melalui perdebatan sengit dan pemeriksaan sepeda yang tepat,
akhirnya pada 1909, secara resmi pemerintah kerajaan Belanda menunjuk
produsen sepeda Fongers untuk membuat sepeda untuk digunakan tentara
Hindia Belanda (Indische Leger).
Koran De Sumatra Post terbitan 1909 menulis berita tentang sepeda Fongers untuk tentara Hindia Belanda :
Sepeda Untuk Tentara Hindia Belanda
Fongers sepeda untuk militer India Belanda. Setelah berbagai keberatan dan diperiksa di Belanda (De Sumatra Post 1910).
Dipilihnya Fongers untuk militer di Hindia Belanda, menurut koran De
Sumatra Post tersebut karena sepeda Fongers sesuai dengan kondisi jalan
dan tanah, sehingga dibutuhkan sepeda yang mampu memenuhi tuntutan
tinggi pasukan. Selain itu, sepeda Fongers telah memiliki reputasi bagus
di kalangan orang-orang Hindia Belanda.
Ada beberapa tipe sepeda Fongers untuk militer ini sebut saja CCG, HZ
yang dipakai waktu Perang Dunia 1 pada 1914. Fongers HZ militer ini
bercirikan : rem depan sudah memakai tromol namun menggunakan tromol
sebelah kanan, sedang rem belakang menggunakan torpedo. Ada juga tipe HF
yang digunakan dekade 1930-an. (Oldbike In History, sumber : dari
beragam sumber.
Foto koleksi : koleksi
filckr.com, tampak sepeda Fongers BB 65 buatan 1934).
Fongers merupakan salah satu sepeda asal Belanda yang banyak diburu
orang Indonesia saat ini. Maklum sepeda asal Groningen, Belanda ini
sudah masuk kategori barang langka bernilai mahal. Menurut seorang pakar
sepeda, Fongers konon tak hanya sekedar sepeda, namun sepeda ini
merupakan lambang status dan sistem. Disebutkan dalam iklan sepeda
Fongers, bila sepeda buatan Belanda ini bukan sekedar Fiets, namun lebih
ke Rijwiel. Sebenarnya kata Fiets maupun Rijwiel dalam bahasa Belanda
itu identik dengan sepeda. Namun dalam penggunaannya, Fiets dan Rijweil
berkaitan dengan konsep yang dibedakan. Kata Fiets lebih condong ke
situasional sehari-hari, sedangkan Rijwiel adalah sesuatu yang dikaitkan
dengan persepsi khusus yaitu istimewa, kelas tersendiri, aristokrat dan
mewah.
Tak sampai disitu, Fongers adalah sepeda kelas tersendiri yang
berbeda dengan merek lain. Pun, Fongers adalah sepeda yang jelas
asal-usulnya. Pasalnya, sepeda ini tak sekedar diproduksi, tapi juga
dicatat dan didata dengan baik dan terstruktur dengan rapi. Fongers di
negeri asalnya, tak hanya sekedar barang yang berwujud sepeda, namun
Fongers sudah merupakan pribadi dan sistem yang membuat sepeda menjadi
produk yang berwibawa. Bila orang-orang Indonesia dulunya menggemari
sepeda Fongers ini memang tak lepas dari persepsi orang Indonesia kala
itu. Yang memandang sesuatu tak hanya memiliki nilai fungsi saja,
biasanya juga dikaitkan dengan nilai gengsi. Apalagi di zaman kolonial
Belanda, masyarakat dibagi dalam beberapa strata(kelas), yaitu kelas
satu yang punya hak istimewa, terdiri dari orang-orang Eropa. Lalu ada
bangsa timur seperti Cina dan Arab. Baru kelas paling bawah yaitu orang
pribumi (inlander).
Jenis sepeda Fongers yang diproduksi beragam. Ada tipe BB, BD, CCG,
BDG, HF, HZ, H, dan lainnya. Namun yang menjadi buruan orang Indonesia
adalah tipe Fongers BB. Terlebih lagi Fongers BB yang diproduksi sebelum
perang dunia kedua (WW 2) meletus. Ciri khas sepeda Fongers ini dapat
dilihat dari bentuk spatbord dengan lekukan menonjol ke atas. Ciri
inilah membuat sepeda ini gampang untuk dikenali. Tak hanya itu, gir
depan yang tampilan seperti obat nyamuk dan sistem rem klasik model
kawat atau botol yang unik juga menjadi identitas tersendiri. Pun,
desain setang yang unik dengan klem (ballhoff) pada batang setang dan
adanya sistem pengunci setang yang membuat sepeda ini tampil beda.
Pada awalnya pabrikan Fongers dalam memproduksi sepeda membaginya
dalam kategori kualitas yang dikenal dengan istilah SOORT ( sortiran ) A
, B , C, D , dan E. Hal ini tentunya berkaitan dengan harga jual sepeda
yang ditawarkan ke konsumen. Tipe sepeda Fongers dengan harga termahal
adalah Fongers kategori soort A yaitu tipe BB untuk heren (sepeda pria) ,
dan BD bagi dames (sepeda perempuan), serta seterusnya berdasar urutan
abjad yang ada . Pembagian kategori ini terus digunakan oleh pabrikan
Fongers hingga tahun 1940-an .
Kalau bicara sepeda Fongers , tentunya tak lepas dari pabrik sepeda
Fongers itu sendiri. Pabrik Fongers didirikan oleh Albert Fongers pada
tahun 1880. Awalnya Fongers merupakan industri rumahan yang membuat
sepeda yang sebelumnya disebut dengan A. Fongers. Setelah dirasa akan
berkembang akhirnya dijadikan sebuah produksi skala massal melalui
pembentukan badan usaha formal pada tanggal 1 September 1896, yang
disebut ‘NV De Groninger Rijwielenfabriek A. Fongers’.Di tahun 1920,
Fongers telah menjelma menjadi pemimpin pasar sepeda di negeri Belanda,
bahkan menggunguli pesaing beratnya seperti Gazelle, Burgers, Simplex ,
dan Batavus. Merek-merek sepeda ini merupakan pesaing yang berat dalam
merebut pangsa pasar yang tidak seberapa besar. Belum lagi bersaing
dengan sepeda-sepeda buatan Inggris, Jerman, Perancis, dan Amerika
Serikat.
Fongers dikenal sangat memperhatikan segi kualitas sepeda yang bagus.
Pangsa pasar yang dibidik Fongers pun golongan menengah atas. Alhasil,
meskipun sepeda Fongers keluaran tahun tua masih saja tampak bagus.
Karena memang Fongers fokus pada kualitas sepeda dan terbaik dalam
segala hal. Di Indonesia waktu dahulu, hanya segelintir orang kaya yang
bisa membeli Fongers tipe BB ini. Ada juga Fongers BB ini dibagikan
kepada kalangan tertentu oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai
hadiah. Biasanya kalangan elit pribumi yang dianggap berjasa pada
Belanda. Jadi tepatlah jika sepeda Fongers itu bukan sepeda biasa.
Tampilan sepeda Fongers BB 60 Crossframe ini memang apik namun
apakah sepeda ini asli atau palsu. Nah, seorang pakar sepeda tua asal
Belanda bernama Andre Koopmans mengatakan bahwa sepeda Fongers
Crossframe (kruisframe) BB 60 ini sangat aneh. Andre mengatakan bahwa
ketika Fongers BB 60 Crossframe ini dibuat, pabrik Fongers tidak lagi
memproduksi sepeda Crossframe. Frame BB 60 ini memang frame Fongers
namun ditambah atau dijadikan rangka silang yang lebih baru. Selain itu,
frame silangnya berbeda dengan gambar Fongers crossframe yang ada di
katalog Fongers tua. Andre pun mengatakan frame sepeda silang ini tampak
bukan seperti buatan sendiri. “Saya tidak tahu apa ini, sangat aneh”,
jelas Andre.
Menurut Andre, sepeda Fongers Crossframe terakhir diproduksi di
tahun 1906 atau 1907. Pada katalog Fongers tua 1908, frame silang ini
sudah hilang. Begitu juga pada katalog Fongers berikutnya, rangka silang
ini sudah tak muncul lagi. Yang tersisa adalah sepeda-sepeda Fongers
jenis transport untuk membawa barang. “ Jadi sepeda Fongers Crossframe
BB 60 ini adalah buatan sendiri yang dilakukan oleh orang profesional,
sehingga tidak terlihat seperti buatan disebuah gudang atau bengkel
belakang rumah. Sepeda crossframe ini misterius”, jelas Andre.
Bingung juga nih pakar sepeda asal Belanda ini. Tapi bila kita mau
menengok sejarah pemalsuan sepeda di Indonesia semestinya tak perlu
bingung lagi. Pasalnya pemalsuan sepeda tua sudah ada sejak dari dulu
hingga sekarang. Pelakunya pun orang-orang yang profesional dan tahu
tentang sepeda onthel dari spesifikasi hingga model desainnya.
Hati-hatilah bila membeli sepeda tua yang bentuknya aneh, apalagi dengan
merek terkenal, sedang negara asal sepeda itu tak
memproduksinya.(Oldbike In History, Foto koleksi : flickr.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar