Rabu, 29 Desember 2021

Ahjussi bawa Indonesia ke Final Piala AFF

Bravo untuk Ahjussi STY...


Ahjussi STY

Keputusan jitu yang diambil PSSI menunjuk Shin Tae Yong menjadi pelatih timnas Indonesia akan dikenang, awalnya saya tak terlalu peduli. Saya pikir dia tak berbeda dengan pelatih lainnya. Namun seorang kawan yang bekerja di Google meyakinkan saya kalau dia berbeda. 

Kawan itu menunjukkan beberapa wawancara dengan Shin Tae Yong. Rupanya, Shin datang bersama asisten pelatih dari Korea. 

Saya tertarik dengan Lee Jae Hong, pelatih fisik yang dibawa Shin Tae Yong. Dia ikut mendampingi Shin sebagai pelatih fisik Timnas Korsel di Piala Dunia Rusia, tahun 2018.

Lee menjelaskan kelemahan fisik timnas Indonesia. Dia mengamati banyak pertandingan. Timnas hanya sanggup bermain selama satu babak. Di babak kedua, stamina mulai turun. Mental juang sudah hilang. Selain itu, timnas selalu kalah duel. Sekali disenggol, langsung tumbang.

Menurutnya, kecepatan pemain Indonesia dan Korea hampir sama. Yang membedakan adalah kekuatan (power), body balance, dan endurance (daya tahan). Indonesia lemah di banyak sisi.

Dia juga melihat mental. Menurutnya, pemain Indonesia terlalu baik dan pasrah. Dalam sepakbola, kebaikan itu tidak berguna. “Anda harus melihat setiap pertandingan seperti perang. Di situ, Anda harus punya semangat menang dan mengalahkan. Harus siap bertarung. Kalau perlu membunuh,” katanya.

Lee melihat secara holistik. Menurutnya, fisik dipengaruhi oleh tiga hal yakni gaya hidup pemain, budaya, serta pola hidup. Dia menyoroti pemain yang suka makan gorengan dan nasi. Menurutnya, budaya makan mempengaruhi fisik pemain. Untuk kuat dan berotot butuh makan protein yang banyak.

Di level klub, pemain tidak mengonsumsi makanan bergizi. Tanpa banyak makan protein dan makanan bergizi, maka kebutuhan energi tidak akan cukup. Otot tidak bisa terbentuk. Padahal, sepakbola adalah olahraga fisik. Pemain harus siap berduel, siap main keras dengan kaki.

Lee tidak memahami kalau pemain bola di Indonesia kebanyakan berasal dari masyarakat dengan kategori ekonomi menengah ke bawah. Mereka bermain bola di tengah desakan ekonomi. Bola adalah malaikat yang memberi harapan bagi keluarga.

Setelah identifikasi, pelatih Shin dan Lee membuat daftar latihan. Porsi utama latihan adalah fisik. Rapor semua pemain dipantau. Mereka ditargetkan bisa bermain keras dan tahan banting saat di lapangan.

Para pemain diberikan weight training. Postur tubuh membesar. Kemampuan juga terus membaik. Pemain timnas diminta kurangi karbohidrat, perbanyak makan sayuran dan protein. Pemain juga dilarang makan gorengan, sebab di situ ada lemak-trans yang tidak baik bagi tubuh. Idealnya, pemain bola hanya memiliki persentase lemak tubuh sebesar 6 – 12 persen.

Saat Training Center (TC) di Kroasia, fisik pemain mulai membaik. Rata-rata lemaknya sudah di kisaran 6-12 persen, mirip dengan pemain Korea. Saat itulah, pelatih Shin mulai mengajarkan filosofi bermain bola, juga strategi menang, sesuatu yang hilang di timnas Indonesia selama bertahun-tahun.

Di ajang Piala AFF, timnas ini ikut bertanding. Datang sebagai pasukan muda, tim ini tak punya target. Bahkan mantan pemain senior Malaysia, Safee Sali, sempat memandang remeh tim muda yang minim pengalaman ini. Tim ini diprediksi hanya akan menjadi sasaran tim-tim besar di babak penyisihan.

Siapa sangka, tim ini justru menggila. Kekuatan pemain muda itu malah menggulung permainan Malaysia dan menahan imbang Vietnam yang fisiknya dilatih para juru latih Korea selama bertahun-tahun.

Timnas sanggup bermain selama 90 menit, dengan mental yang terus membaik. Dalam pertandingan melawan Singapura, penjaga gawang Nadeo, yang disebut netizen seperti Kepa, malah bisa menggagalkan penalti di menit krusial.

Kini, timnas itu mulai menatap final. Mereka yang tadinya dianggap zero, kini mulai menjadi hero. Berkat para ahjusi atau pria paruh baya Korea, yakni jajaran pelatih di bawah Shin Tae Yong, mereka siap untuk bermain di final.

Shin Tae Yong mulai dicintai banyak orang. Kehadirannya di Indonesia mirip drama Korea. Setelah memegang Timnas Korea, dia bersedia melatih Timnas Indonesia demi membantu ekonomi keluarga. Kini dia mulai dicintai publik Indonesia. Banyak yang menyapa “Kamsahammida” hingga “Saranghaeyo.” We love you Coach!

Apapun hasil pertandingan di final, tak begitu penting lagi. Sebab tim ini telah menunjukkan motivasi, daya tahan, dan rasa lapar akan kemenangan, hal-hal yang selama ini hilang. Mereka siap bertempur habis-habisan.

Di satu media, Asnawi Mangkualam, putra pemain legendaris PSM Makassar, Bahar Muharram, mengaku siap bertempur. “Kalaupun kami kalah, maka kami akan kalah saat berdiri. Kami akan kalah dalam posisi perang,” katanya.

Selasa, 24 Agustus 2021

FESTIVAL KULINER ROCKSTAR BEACH HILISATARO NIAS SELATAN

Suasana acara festival di Hilisataro

Photo bareng Panitia Festival bersama group WOW Juara II Nasional 

Photo bareng dengan Team Music Tradisional Rockstar Beach


Photo bareng Panitia 

Suasana presentasi cara membuat Babae didepan juri 

Bupati Nias Selatan didampingi oleh Penyabar Nakhe Anggota DPRD Prov Sumatera Utara dan Ketua DPRD Nias Selatan


Dalam rangka Bulan Bung Karno, anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara dari Dapil VIII (Kabupaten Nias, Nias Selatan, Nias Barat, Nias Utara, Kota Gunungsitoli), Drs. Penyabar Nakhe, menyelenggarakan Festival Kuliner Tradisional antar Desa se-Kecamatan Toma yang dilaksanakan di Pantai Rock Star, Desa Hilisataro Raya, Kecamatan Toma, Kabupaten Nias Selatan, Minggu (27/6/2021).

Acara ini dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan covid-19.

Penyabar Nakhe, yang juga merupakan sebagai Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Sumatera Utara ini, menyampaikan bahwa dalam rangka Bulan Bung Karno, DPP PDI Perjuangan mewajibkan anggota fraksi untuk melaksanakan kegiatan di Desa.

“Kami kader PDI Perjuangan diminta untuk memperbanyak kegiatan di Desa, supaya suasana di Desa tetap eksis. Dan salah satu kegiatan yang saya laksanakan adalah kuliner Fakhe Nifalogu dan Babae”, tutur Nakhe.

Dia menyebutkan bahwa kegiatan festival itu dilaksanakan dengan tujuan agar masyarakat tetap melestarikan kuliner tradisional khas Nias.

“Kita mengharapkan dengan adanya kegiatan ini, generasi muda tidak lupa akan makanan khas daerah Nias, serta mereka bisa memiliki kegiatan positif sehingga bisa jauh dari hal-hal yang diinginkan seperti penggunaan narkoba” ujar Nakhe.

Dia menambahkan program kerja lain yang dilaksanakan ialah sosialisasi Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 1 Tahun 2019 tentang Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya.

Selain itu dia juga menjelaskan bahwa kegiatan festival itu tidaklah berfokus pada hadiah kejuaraan tapi lebih fokus pada upaya membangkitkan semangat masyarakat terutama dalam mendukung kepariwisataan di Kepulauan Nias.

Terlihat pada kegiatan tersebut, seluruh para peserta mengenakan baju adat Nias dan sangat antusias mengikuti kegiatan itu. Mereka dengan semangat menampilkan hasil kerjanya serta menyampaikan tutorial memasak makanan tradisional Fakhe Nifalogu dan Babae.

Adapun peserta yang mengikuti festival ini yakni Desa Hilisataro, Hilisataro Raya, Hilisataro Gewa, Hilisataro Nandrisa, Hilisataro Ehosofayo, Hiliamaetaluo, Hilinamoniha, Hiliasi, Bawoganowo, Hilimagari, Hilialawa, Hilindrasoniha, Hilindrasoniha Raya, dan Desa Hilisoromi.

Berdasarkan penilaian dewan juri pada kegiatan festival kuliner tradisional kali ini, juara I diraih oleh Desa Hilisataro Raya, juara II diraih oleh Desa Hilisataro Gewa, dan juara III diraih oleh Desa Hilindrasoniha.

Acara ini turut dimeriahkan oleh Komunitas W.O.W (Walk on Water) yang telah meraih juara II Nasional lomba Karya Musik Anak Komunitas yang diselenggarakan oleh Kemenparekraf.

Pada acara ini turut hadir Bupati Nias Selatan Dr. Hilarius Duha, SH., MH, Ketua DPRD Nias Selatan Elisati Halawa, ST, Kakanwil Kemenkumham Provinsi Sumatera Utara, mewakil Kapolres Nias Selatan, mewakili Kadis Pariwisata, Kadis Pendidikan Nurhayati Telaumbanua, Ketum HIMTO'ENE Gabriel Laia,SP, Camat Toma, para Kepala Desa, Tokoh Adat dan Tokoh Masyarakat.


Rabu, 04 Agustus 2021

INDONESIA HEBAT DENGAN KONTRAK KARYA

MASA  DEPAN  INDONESIA  DENGAN  KONTRAK  KARYA







*ARAB SAUDI*

Datang ke Indonesia disambut sangat terhormat sebagai Tamu Negara yang akhirnya hanya Menginap di Bali tanpa jadi Kerjasama Besar dengan NKRI .

*CHINA*

Datang ke NKRI sebagai Negara yang bekerjasama dalam investasi membangun Infrastruktur NKRI dan bersedia KONTRAK KARYA 

EUROPA

Kerjasama yang selama ini berjalan hanya sebagai pembeli Hasil Bumi Indonesia tidak bersedia kerjasama dalam bentuk KONTRAK KARYA  Hingga akhirnya Uni Eropa menganggap NKRI dipimpin Joko Widodo ditakuti.

Sebenarnya..., kenapa ada sebagian rakyat yang demo....? 

Sebagian rakyat itu demo..., karena mereka tidak percaya sama pemerintah. 

Kenapa mereka tidak percaya....? 

Karena mereka tidak tahu apa yang sedang dikerjakan pemerintah.

Mungkin banyak di antara kita yang tidak tahu..., apa yang diam-diam dikerjakan oleh Pak Jokowi....? 

Saat ini Arab Saudi lagi sadar..., bahwa minyak bumi mau habis..., sehingga Putra Mahkota nya diperintah untuk diplomasi ke mana2..., dan membangun investasi di negara lain. 

Pemerintah kita juga sadar..., bahwa masa depan dunia ini bukan lagi minyak bumi..., tapi nikel.

China sudah memiliki teknologi...., dan secara masive memproduksi Mobil Listrik. 

Uni Eropa tak mau kalah..., mereka telah lebih dulu memproduksi Mobil Listrik dan memperkenalkan ke ujung dunia. 

Namun mendadak Uni Eropa marah..., karena Jokowi melalui PERMEN No 11 tahun 2019 melakukan penghentian ekspor bahan mentah bijih nikel ke Eropa. 

Uni Eropa menggugat Jokowi ke WTO..., karena larangan ekspor ini. 

Dan jokowi menjawab...:

“Indonesia tidak lagi ekspor bijih nikel..., Indonesia akan membangun sendiri pabrik baterai untuk bahan bakar mobil listrik....”. 

Apakah kita tahu cerita ini....? 

Tentunya tidak semua dari kita tahu cerita ini. 

Apakah Jokowi cuma membual....?

Tentu tidak..., Jokowi tidak ada 'potongan' sebagai pembual. 

PT Vale Indonesia...; adalah perusahaan pertama yang melaksanakan Kontrak Karya penambangan bijih nikel pada tahun 2014..., dan perusahaan tambang ini 58% sahamnya adalah milik perusahaan yang ditunjuk oleh Pemerintah. 

Artinya apa....?

Perusahaan Nikel terbesar ini...., dikelola oleh bangsa sendiri.

Dan masih banyak lagi perusahaan nikel lain..., yang berkonsep Kontrak Karya tersebar di Sulawesi. 

Pembangunan perusahaan nikel ini..., amat masif di periode pertama pemerintahan Jokowi. 

Apakah kita tahu itu....?

Dahulu...., Indonesia selalu mengekspor bijih nikel mentah ke Uni Eropa.

Uni Eropa sangat senang...., karena bisa membeli bahan baku baterai dengan sangat murah dari Indonesia.

Apa gunanya Eropa mampu memproduksi mobil listrik...., jika tidak punya bahan baterainya....? 

Nah...., sekarang bayangkan juga konglomerat yang sudah makan enak hasil ekspor nikel ke Eropa....? 

Mereka pasti gigit jari...,  karena sudah dilarang oleh Jokowi. 

Apakah mereka diam....?

Pastinya tidak...., dan sudah pasti melawan dengan berbagai cara. 

Kini...., Jokowi menghentikan tabiat buruk itu.

Jokowi membangun perusahaan nikel dari hulu ke hilir..., sehingga kita tidak akan menjual nikel dalam bentuk bahan mentah yang murah..., tapi dalam bentuk baterai yang mahal. 

Di satu sisi..., kita mendapat keuntungan yang berlimpah.

Di sisi lain...., Eropa akan sangat bergantung pada kita. 

Apa ini jalan mulus....?

Kita orang awam melihatnya mulus dan lancar..., tapi apa kita paham perlawanan besar dunia sedang menghantam Jokowi saat ini....? 

Even presiden yang mereka bilang plonga plongo itu..., di balik layar sedang perang melawan Uni Eropa. 

Apa kita tidak menyadari hal itu....? 

Seberapa kuat Jokowi mampu memenangkan perang ini....? 

Wong di dalam negeri saja..., banyak di antara kita yang kerjaannya cuma dema-demo. 

Jokowi kemudian membangun perusahaan Baterai Electric Vehicle (EV)..., yang sekalipun banyak diprakarsai perusahaan China..., namun tetap prinsipnya adalah Kontrak Karya.

Kenapa China....? 

China adalah negara dunia ketiga...., yang hari ini juga gencar memproduksi Mobil Listrik selain Uni Eropa..., bahkan melewati prestasi Amerika. 

Uni Eropa hanya ingin membeli bahan baku nikel dari kita..., dan enggan melakukan kerjasama. 

China sadar....; bahwa mereka memiliki teknologi dan SDM Ahli..., tetapi tidak memiliki bahan baku baterai.

Sementara Indonesia...., memiliki bahan baku tapi tidak dengan teknologi.

Mutualisme ini..., melahirkan investasi yang saling menguntungkan.

Inilah asal muasal mereka pada heboh TKA China. 

Mereka menolak...., karena belum tahu latar belakang ceritanya bukan....? 

Jika bukan China..., masa depan cerah Indonesia akan terlewatkan.

Arab Saudi sudah diundang..., tetapi tidak mau menanamkan modalnya...., karena jelas Arab Saudi tidak punya teknologi itu. 

China tidak merampas kesempatan pekerja...., karena dalam perjanjiannya China hanya akan mendatangkan tenaga terkait mesin dan alat produksi yang berkaitan dengan teknologi mereka. 

Begitu juga soal TKA China...., yang di Sulawesi.

Mereka bertugas mengaplikasikan instalasi alat-alat dari perusahaan China ke Indonesia...., untuk mendirikan pabrik nikel sampai pada produksi baterainya.

Apa wajah masa depan Indonesia....? 

Minyak bumi akan habis..., Arab Saudi sudah kebingungan untuk menanamkan modalnya ke mana2.

Eropa terutama Jerman...., dan juga Jepang..., sedang banting setir dari otomotif emisi menuju otomotif listrik...., tapi mereka tidak punya baterainya. 

Hanya Indonesia yang punya bahan baku...., lahan...., SDM...., dan pasar.

Nah..., bagaimana cara untuk memperlancar itu semua....?

Indonesia harus siap infrastruktur...., karena bentuk geografis kita adalah pulau dengan jangkauan yang sangat luas. 

Lalu regulasi....; Omnibus Law ini adalah senjata jitu...., untuk memuluskan transisi berpindahnya banyak sekali perusahaan asing ke negeri ini. 

Lantas...., apa kita tidak takut nanti negara kita dijajah bangsa asing....?

Jangan samakan era sekarang...., dengan jaman Pak Harto. 

Sekarang kita sudah memiliki UU Kontrak Karya...., apapun bentuk usaha asing yang masuk ke negeri kita...., minimal 51% sahamnya harus milik perusahaan yang ditunjuk oleh Pemerintah. 

Kalau sudah menguasai 51% saham...., maka kita adalah pengelola aktif....; saham yang lain itu hanya menyokong dana dan saran.

Apa Jokowi bisa menjamin pelaksanaan UU tersebut....? 

Buktinya sudah nyata...., yaitu Freeport.

Dahulu kita cuma menikmati 9% keuntungan...., sekarang kita sudah memiliki 51% keuntungan Freeport.

Apa mereka tahu perjuangan Jokowi untuk merebut 51% itu....? 

Ya sudah pasti tidak tahu...., wong kerjaan mereka cuma mainan hoaks dan demo kemana-mana kok. 

Pada 2030....;  ditargetkan seluruh armada Trans Jakarta adalah Bus Listrik.

Dan setelah pabrik baterai...., plan berikutnya adalah pabrik Mobil Listrik. 

Apakah ini hanya rencana....? 

Indonesia sudah memulai pembangunan pabriknya...., kalau tidak percaya silakan googling Mobil Listrik Indonesia. 

Kalau masih belum percaya lagi....? 

Lihat Perpres Nomor 55 Tahun 2019...., tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan. 

Belum percaya lagi....?

Lihat produk-produk kebijakan apalagi...., yang sudah dilandaskan pada Perpres tersebut. 

Apa tidak mungkin kita akan menjuarai otomotif dunia...., karena bahan bakunya kita yang punya...? 

Apa tidak mungkin kita akan semakmur Arab Saudi di masa mendatang....? 

Jokowi tinggal 3 tahun menjabat..., itupun masih mereka recoki dengan isu-isu hoaks. 

Nikel..., baterai EV...., dan  mobil listrik adalah masa depan Indonesia.


Dituliskan Kembali Oleh :

Mas Ali Ismail Irfan

"Share sebanyak banyaknya

Biar semakin banyak orang yang tau dan ngerti *“Hebatnya Presiden Kita”*

Jogja 11 Juli 2021.

Kamis, 06 Mei 2021

Bangkitnya Proyek Riset Bung Karno: Riset Atom, Nuklir, Biologi, Pertanian dan Kedirgantaraan Luar Angkasa


Oleh : Anton DH Nugrahanto

Ditunjuknya Megawati sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) banyak menuai kontroversi. Di satu sisi ada yang menuduh BRIN akan rentan dipolitisasi, di sisi lain meragukan kemampuan akademis Megawati dalam memahami ‘peta jalan’ riset dan menggerakkan sel-sel kreator yang mampu menginovasi segala hal ke arah yang jelas.

Yang kerap disalah pahami banyak orang terhadap Megawati adalah tidak mengenal Megawati secara mendalam. 

Serangan-serangan terhadap Megawati lebih kepada “cap cepat” ketimbang sebuah kritik yang evaluatif seperti hal-nya penempatan Megawati sebagai Ketua Dewan Pengarah BRIN. 

Perkembangan dunia riset di Indonesia terutama terhadap ilmu-ilmu murni mengalami stagnasi selama masa Orde Baru dan tidak ada perkembangan yang berarti selama masa reformasi ini. 

Awalnya dunia riset ilmu-ilmu murni mendapatkan tempat di masa Demokrasi Terpimpin era Presiden Sukarno, saat itu Sukarno melihat bahwa dunia masa depan akan direbut siapa yang menguasai informasi soal ilmu-ilmu murni dan risetnya, pada dekade 1950-an awal dimulailah Proyek Sukarno dalam merebut penguasaan ilmu-ilmu murni dengan mengirimkan banyak mahasiswa ke negara-negara maju. Dunia riset saat itu diarahkan oleh Sukarno adalah riset atom dan tenaga nuklir, riset biologi, riset pertanian dan riset kedirgantaraan luar angkasa. Dalam tempo waktu yang cepat Sukarno meletakkan landasan-landasan riset yang memiliki tujuan-tujuan nasional dan ada ideologi-nya. Batan (Badan Tenaga Atom Nasional) dipimpin Prof.DR G.A Siwabessy mengembangkan dasar-dasar penelitian atom di Indonesia tercatat juga nama Achmad Baiquni, ahli fisika nuklir pertama yang secara gradual mengembangkan dasar-dasar riset atom. Sukarno juga mendorong dibentuknya kelembagaan riset biologi sebagai penyempurnaan riset yang telah dilakukan di masa Hindia Belanda. Laboratorium-laboratorium biologi dibangun dan yang sudah ada disempurnakan. Riset dalam dunia pertanian juga menjadi perhatian khusus Sukarno, pengembangan riset dalam dunia pertanian diarahkan menuju “Kedaulatan Pangan”. Bibit-bibit unggulan diriset dan dikembangkan di beberapa wilayah, peta tata ruang pertanian dibagi-bagi dalam agenda pembangunan delapan tahun yang termaktub dalam Dekon (Deklarasi Ekonomi) 1963 dengan dasar-dasar pertanian yang berdikari sehingga ke depan Indonesia tidak mengalami ketergantungan suplai pangan dari negara-negara asing.

Di masa Presiden Sukarno, dunia sedang mengalami “Space Race”, lomba menguasai luar angkasa yang dijadikan lebensraum (ruang hidup baru) bagi negara-negara maju. Kesadaran sejarah peradaban Sukarno yang meletakkan luar angkasa sebagai titik paling akhir modernisasi dunia dikatakan dalam pidato Sukarno di Bandung 25 Januari 1960 pada pembukaan Musyawarah Nasional Untuk Perdamaian. “Ada lima tahapan revolusi dunia yakni revolusi agama, komersial, industri atom dan terakhir revolusi luar angkasa” ujar Sukarno. Disini Bung Karno menyadari bahwa tahapan terakhir peradaban dunia adalah “menciptakan ruang hidup baru di luar angkasa” untuk itulah Indonesia secara revolusioner membangun pusat-pusat penelitian luar angkasa dan kedirgantaraan. Pemikiran Sukarno tentang luar angkasa disambut dengan eforia oleh para pemuda-pemudi Indonesia, bahkan Sukarno secara glamour mengundang empat kosmonot Rusia : German Titov, Adrian Nikolayev, Valentina Tereshkova dan Valeriy Bikovsky ke Indonesia. Di Jakarta mereka disambut di Stadion Utama Gelora Bung Karno dihadiri ribuan pemuda dan ini mengilhami pemuda-pemuda Indonesia menekuni luar angkasa. Riset-riset terhadap peluncuran roket berkembang pesat dan pusat penelitian luar angkasa dibangun secara serius oleh Presiden Sukarno. Rencananya tahun 1968 Indonesia mengirimkan misi astronotnya ke luar angkasa dan didahului tahun 1966 mengirimkan dua orang utan sebagai eksperimen namun rencana ini gagal keburu adanya Gestok 1965. 

Di masa Orde Baru dunia  riset  gagal berkembang karena orientasi pembangunan Orde Baru yang pragmatis. Selain itu ada skenario besar Indonesia dibuat tergantung pada asing sehingga riset menjadi sangat tidak penting dan ada kepentingan asing yang menghalang-halangi berkembangnya dunia riset di Indonesia. 

Di masa itu rakyat hanya dilatih menjadi “konsumen” apa yang sudah jadi dari luar negeri. Tidak seperti masa Sukarno dimana ilmuwan riset sangat dihargai, di masa Orde Baru ilmuwan riset tidak ada nilai-nya sama sekali, di Indonesia para ilmuwan riset digaji sangat rendah sementara rakyat diajarkan hidup pragmatis, konsumtif dan bergantung pada produk luar. Riset pangan dihancurkan banyak benih-benih pangan unggulan dihancurkan demi melancarkan intensifikasi pangan menggunakan benih produksi asing yang serba kimiawi. Kedaulatan pangan tidak ada sama sekali, bahkan gandum yang bukan menjadi makanan pokok menjadi bahan yang diimpor besar-besaran secara perlahan rakyat dibuat tergantung dengan gandum yang asing dalam dunia pertanian Indonesia. 

Lembaga-lembaga riset di masa Suharto hanya jadi “tempelan artifisial” tanpa diberikan yang substantif. Panglima kehidupan di masa Orde Baru adalah sikap pragmatis dan konsumtif sehingga peran ilmu murni menjadi tersingkirkan, riset-riset menjadi tidak penting karena rakyat diarahkan hanya menjadi konsumen produk aplikasi asing. 

Ketika banyak orang menganggap riset dan inovasi harus dijauhkan dari politik justru mengasingkan kesadaran bahwa segala hal dibangun lewat politik. Begitu dihargainya ilmuwan-ilmuwan riset nasional dan dibangunnya pusat-pusat pengembangan riset di masa Sukarno adalah karena sikap politik Sukarno yang berkesadaran berdikari menjadi tujuan nasional.  Lalu hancurnya sistem riset di Indonesia karena sikap politik Orde Baru yang menjadikan Indonesia bergantung pada produk-produk asing. Peran Megawati justru merevitalisasi dan memperbaharui sistem riset yang bukan sekedar kajian akademis tapi mempunyai implikasi populis di masyarakat luas dan punya landasan ideologis kedaulatan nasional untuk itulah diperlukan keberpihakan politik secara jangka panjang. Disinilah arti penting Megawati yang sudah teruji dalam politik. Meletakkan landasan politik jangka panjang dalam arah riset nasional yang punya kedaulatan seperti era Sukarno. 

Pandangan bahwa Megawati tidak punya latar belakang akademis dalam bidang riset adalah kesalah kaprahan lagi. Justru kekuatan utama Megawati adalah menggerakkan kebijakan-kebijakan yang membangun dan melindungi dunia riset. Mengonsolidasi para ilmuwan-ilmuwan nasional untuk melakukan tindakan riset. Megawati memiliki kecerdasan alami dalam melakukan konsolidasi dan  membangun solidaritas organisasi.  Kemampuannya membina organisasi politik paling berantakan di masa Orde Baru seperti PDI menjadi organisasi politik paling rapi dan modern adalah pengalaman otentiknya ini bisa diterapkan dalam membangun Badan Riset dan Inovasi Nasional. 

Di internal Partai sendiri Megawati secara berkala mengundang para ahli-ahli dalam berbagai bidang untuk melakukan diskusi dan mengarahkan para ahli untuk memecahkan persoalan-persoalan nasional. Kemampuan konsolidasi para ahli dan kelihaian dalam membangun organisasi menjadi arti penting dalam pembangunan lembaga Badan Riset dan Inovasi Nasional. Bahkan saya mendengar sendiri sepuluh tahun yang lalu perintah  Megawati terhadap kader-kader Partai untuk menguasai ilmu pengetahuan dan pengembangan riset. Megawati sendiri sesungguhnya seorang periset, salah satu kawan periset Megawati adalah Taufiqurrahman Ruki - kelak menjadi Ketua KPK pertama-   yang sama-sama pernah membedah kelinci. 

Sementara riset tidak boleh terkungkung dalam jebakan penjara akademis. Riset harus hidup di tengah-tengah rakyat, seperti riset benih unggulan yang secara tradisional bisa dilakukan banyak petani di berbagai daerah. 

Kemampuan Megawati dalam menggerakkan para ahli yang hidup di tengah masyarakat luas sangat dibutuhkan dalam menggalang kekuatan riset nasional dengan ideologi berdikari dan gotong royong.

Renungan-renungan untuk mengembangkan dunia riset Indonesia adalah bagian kontemplasi Megawati yang mendalam atas dasar pengalaman pribadinya. Dia sendiri menjadi Ketua Kebun Raya Indonesia dalam perjalanan memimpin Kebun Raya, ia banyak mengonsolidasi para ilmuwan-ilmuwan flora Indonesia. Di bawah kepemimpinan Megawati Kebun Raya Indonesia banyak mengalami kemajuan pesat. Kemudian lebih luas lagi renungan Megawati dalam membangun riset secara massif dan multidimensi karena keyakinan manusia Indonesia adalah orang-orang yang berotak cemerlang. Maka landasan paling dasar dari pengembangan riset dan inovasi adalah organisasi-nya. Pembentukan dasar-dasar organisasi inilah kelebihan utama Megawati. Maka revitalisasi secara integral lembaga-lembaga riset yang kemudian disatukan dalam BRIN adalah langkah strategis jangka panjang menghidupkan kembali dunia riset di Indonesia. 

Riset dan Inovasi harus hidup di tengah-tengah rakyat, negara melindungi dan menyejahterakan para ilmuwan-nya serta organisasi riset dibangun dengan multidimensi bidang adalah kebijakan politik jangka panjang yang perlu keberpihakan politik untuk itulah peran Megawati amat dibutuhkan.

Hilisataro tempo doeloe

Hilisataro tempo doeloe