Peneliti :Mannis van Oven, wakil dari Institute of Human Genetics Westfälische Wilhelms Universtät, Münster, Jerman
“Seminar Asal-Usul Suku Nias Ditinjau dari DNA dan Benda-Benda Purbakala” diadakan di Gunungsitoli. Hasil seminar tersebut akan dirangkum oleh reporter NBC, Anorvelis Hulu, dalam 3 tulisan.
NBC — Darimana asal suku Nias? Tentu jawabannya pasti beragam. Secara fisik ada yang mengatakan dari China, Thailand, Vietnam, Mongolia, atau Jepang. Sementara secara tradisi lisan, ada yang mengatakan, suku Nias berasal dari langit, nidada. Berbagai pendapat lainnya dari para ahli baik dalam dan luar negeri seputar asal nenek moyang suku Nias juga cukup beragam.
Cara ilmiah pun akhirnya ditempuh untuk mengetahui asal-usul suku Nias, yakni melalui tes DNA. Penelitian ini dilakukan oleh dua peneliti asal Belanda, yakni ahli genetika Professor Ingo Kennerknecht dari University of Münster, Jerman, dan Mannis van Oven, mahasiswa S-3 bidang Biologi Molekuler Forensik, Erasmus MC-University Medical Center Rotterdam, Belanda.
Selama 10 tahun dilakukan penelitian terhadap kecocokan DNA orang Nias dengan DNA orang-orang dari beberapa daerah lainnya. Dari hasil penelitian, DNA inilah disimpulkan kalau suku Nias berasal dari Taiwan.
Apa itu DNA?
DNA merupakan singkatan dari Deoxyribonucleic Acid atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Asam Deoksiribosa Nukleat. Dalam DNA terdapat kromosom Y dan mitokondrial DNA (mtDNA).
Kromosom Y adalah salah satu kromosom penentu jenis kelamin dan hanya laki-laki yang memiliki kromosom Y. Kromosom Y diturunkan oleh ayah kepada anak laki-laki. Oleh karena itu, kromosom Y dapat digunakan untuk menyelidiki garis keturunan ayah.
Sementara mtDNA, meski dimiliki laki-laki dan perempuan, tetapi hanya ibu yang dapat menurunkannya kepada anak-anaknya. Oleh karena itu, mtDNA dapat digunakan untuk mengkaji garis keturunan ibu.
Bagaimana DNA Orang Nias Diteliti?
Bersama dengan Direktur Museum Pusaka Nias yang juga pemerhati sejarah Nias, Pastor Yohannes Hämmerle, Professor Ingo Kennerknecht mengumpulkan 407 sampel darah atau air liur orang Nias dari berbagai klan marga yang tersebar di beberapa wilayah di Nias. Pengumpulan sampel dilakukan pada 2002 dan 2003. Dalam hal ini, mereka dibantu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Nias.
Di Nias Selatan, sampel diambil dari kelompok bangsawan si’ulu, Fau dan Sarumaha. Sementara di Nias bagian Utara (saat itu masih belum pemekaran wilayah) sampel diambil di antaranya dari marga Hia, Ho, Daeli, Zebua, Hulu, Baeha, dan Zalukhu, serta sekelompok orang Nias lainnya yang tersebar di beberapa daerah lainnya di Nias. Dari sampel itu, DNA diekstraksi di laboratorium di Jerman. Ekstraksi itu yang kemudian dianalisis oleh Professor Ingo dan Mannis Van Oven.
Analisis dilakukan dari dua perspektif yang berbeda, yakni kromosom Y dan mtDNA. Dari kromosom Y terdapat dua variasi gen spesifik yang diteliti yakni Single-Nucleotide Polymorphisms (SNPs) dan Short Tandem Repeats (SRTs). Adapun mtDNA dirangkai dalam satu bagian yang disebut Hypervariable Segment I (HVS-I).
Dari analisis ini, mereka menemukan haplogrup. Haplogrup adalah evolusioner golongan bertipe sama, hampir sama seperti golongan darah. Di belahan dunia yang berbeda, perbedaan haplogrup juga terjadi. Haplogrup diindikasikan dengan huruf yang diikuti oleh nomor subgrup. Contoh, Haplogrup A, dapat dibagi menjadi A1, A2, A3, dan seterusnya.
Berdasarkan kajian ilmu pengetahuan, haplogrup kromosom Y di wilayah Asia Timur dan Tenggara didominasi oleh haplogrup O. Oleh karena itu, pertama-tama mereka mengidentifikasi haplogroup O dari sampel yang ada dan hasilnya semua positif. Kemudian dianalisis lagi untuk mengetahui subhaplogrup. Hal yang sama juga dilakukan pada mtDNA.
Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa sampel kromosom Y tersebut 100 persen masuk kategori haplogroup O. Hal ini mengindikasikan rendahnya perbedaan genetik di Nias (khususnya dari garis keturunan ayah), tidak seperti daerah lainnya di Sumatera yang biasanya memiliki rentang haplogrup yang luas.
Pada subhaplogrup, semua sampel (kecuali satu) masuk dalam haplogrup O1a (ditandai dengan M119). Kemudian dalam haplogrup O1a, 30 persen di antaranya masuk kategori O1a2 (ditandai dengan M110). Baik M119 dan M110 ditemukan pada suku bangsa asli Taiwan dan keduanya berkaitan dengan penyebaran ras Austronesia.
Bila dilihat secara geografis, haplogrup O-M119 86 persen berada di Nias bagian tengah hingga ke utara dan jarang ditemukan di Nias bagian selatan. Dari semua populasi yang diteliti, haplogrup O-M119 mendominasi di semua tempat. Sementara,keberadaan haplogrup O-M110 di Nias Selatan mengundang tanda tanya besar karena jarang ditemukan pada populasi di daerah sekitarnya.
Perbedaan yang mencolok antara Nias Selatan dengan daerah lainnya di Pulau Nias juga terlihat dalam analisis STR kromosom Y. Belum jelas apakah perbedaan ini terjadi karena diferensiasi dini kelompok ini yang diikuti oleh pengasingan atau perbedaan populasi nenek moyangnya.
Sementara dari analisis mtDNA, ada 18 haplogrup yang ditemukan. Secara geografis, satu haplogrup ditemukan tersebar di seluruh daerah sebesar 40 persen. Haplogrup ini juga berkaitan dengan penyebaran orang Taiwan. Hampir semua haplogrup mtDNA yang terdeteksi di Nias serupa dengan suku asli Asia bagian timur (dan mungkin ras Austronesia). Hanya dua haplogrup yang mungkin berasal dari Asia Tenggara (2 persen). Meskipun demikian, ruang distribusinya tidak seekstrem pada hasil kromosom Y.
Ketika perbedaan tingkat genetika ini dibandingkan dengan populasi lainnya di luar Nias, jelas terlihat bahwa perbedaan genetika orang Nias sangat kecil dibanding populasi di Asia Timur, Tenggara dan Oceania, terutama kromosom Y-nya. Pengamatan ini mengindikasikan asal usul nenek moyang cukup kuat atau terjadinya hambatan dalam sejarah populasi orang Nias terutama kaum prianya.
Semua tipe kromosom Y dan hampir semua tipe mtDNA di Nias bisa dihubungkan dengan nenek moyang ras Austronesia yang sebagian besar berasal dari Taiwan, yang kemudian melewati Filipina dan menyebar ke Pulau-pulau di Asia Tenggara sekitar 4.000-5.000 tahun lalu. Data ini didukung juga dengan bahasa Nias yang masuk dalam rumpun bahasa Austronesia.
Masih Perlu Diteliti Lebih Lanjut
Hasil ini tentu saja mengundang kontroversi dari masyarakat Nias yang merasa bahwa penemuan ini belumlah sesuai dengan cerita turun-temurun nenek moyang, selain adanya perbedaan fisik dan bahasa dengan orang Taiwan.
Menanggapi hal ini, Mannis van Oven justru mengaku tidak menduga akan hal tersebut, Namun, ia sangat mengapresiasi kontroversi itu dan menganggapnya sebagai suatu keunikan tersendiri dari masyarakat Nias.
“Pengetahuan saya soal masyarakat Nias memang sangat minim. Jadi bagi saya itu tidak menjadi masalah,” tuturnya pada NBC seusai acara Seminar Asal-Usul Suku Nias Ditinjau dari DNA dan Benda-Benda Purbakala, Sabtu (13/4) lalu.
Penemuan yang masih belum mencapai hasil akhir ini memang akan diteliti lebih dalam lagi. Sebab, bila dihitung secara angka, kesamaan DNA orang Nias dengan Taiwan hanya 40 persen dan sebagian kecil di Filipina. Hal ini mengindikasikan bahwa sisanya berasal dari daerah lain.
“Masih banyak yang perlu dilakukan pada penelitian DNA orang Nias ini. Saya rasa langkah pertama adalah mencari variasi genetik tambahan di luar kromosom Y dan mtDNA,” tutur Mannis. Namun, untuk saat ini, Mannis mengaku akan berkonsentrasi pada penelitian genetiknya di Papua Niugini.
Mannis van Oven lahir di Amsterdam, Belanda, pada tahun 1983. Saat ini ia menjadi mahasiswa S-3 bidang Biologi Molekuler Forensik, Erasmus MC-University Medical Center Rotterdam, Belanda. Beberapa karya ilmiah yang pernah ia publikasikan bersama rekan-rekannya di antaranyaHaplogrouping mitochondrial DNA sequences in Legal Medicine/Forensic Genetics (Pengelompokan urutan haplogrup mtDNA pada ilmu kedokteran/genetika forensik) yang diterbitkan di Jurnal Internasional Ilmu Kedokteran dan A “Copernican” reassessment of the human mitochondrial DNA tree from its root(Tinjauan kembali “Copernican” pada pohon mtDNA dari sumbernya) yang diterbitkan oleh American journal of human genetics. [ANOVERLIS HULU]