Minggu, 11 Oktober 2020

ANALISA KOMPOSISI TUBUH






Mengetahui kondisi tubuh secara keseluruhan dapat dilakukan dengan analisa komposisi tubuh. Dalam analisa tubuh ada 9 analisa yang dilakukan.

1. Berat badan / Total Weight

Berat badan dipengaruhi oleh tinggi badan dan jenis kelamin. Untuk mengetahui apakah berat badan anda sudah ideal atau belum, salah satu metode terkenal yang biasa digunakan adalah IMT (Indeks Massa Tubuh), rumusnya adalah sebagai berikut :





Hasil dari IMT, Kategori dan resiko peyakit yang diderita



BMI saya sebelum program sehat adalah 24, yang berarti masuk kategori overweight. Setelah 2 bulan program sehat dengan herbalife, BMI saya turun menjadi 22 (Kategori normal).



2. Lemak tubuh/Body Fat



Setiap orang membutuhkan lemak tubuh agar sehat. Lemak tubuh penting untuk mempertahankan suhu tubuh, menyerap vitamin A, D, E, K, untuk bantalan pada sendi dan organ. Tetapi lemak tubuh yang terlalu banyak dapat mempengaruhi kesehatan anda. Lemak tubuh yang berlebih dapat menyebabkan penyakit jantung, darah tinggi, diabetes tipe 2 dan beberapa kanker. Lemak tubuh tidak dapat dilihat secara kasat mata karena sering kali orang yang berbentuk badan ideal/IMT ideal, ternyata mengandung lemak tubuh yang cukup tinggi. 

Berikut ini adalah bagan lemak tubuh yang baik ntuk tiap umur dan jenis kelamin.




3. Kadar air.


70% tubuh kita diisi oleh cairan. Kekurangan cairan dapat menyebabkan dehidrasi, kekentalan darah, tekanan darah tinggi, kolesterol,asam urat, dll. Orang yang sehat mengandung air sekitar 50-65 % dari berat badan tubuhnya


Air memegang peranan penting dalam tubuh:
- mengelola suhu tubuh
- membuang sampah ke luar tubuh
- membawa nutrisi, oksigen, enzim, hormon, glukosa ke dalam sel
- mengeluarkan toksin, sisa metabolisme dari sel untuk nantinya dikeluarkan melalu air seni dan keringet
- memperkuat otot dan lubrikasi sendi
- memberikan kelembaban alami pada kulit dan berbagai bagian tubuh lainnya.

Setiap harinya kita secara terus menerus membuang air dalam tubuh kita melalui keringat, air senim dan bernafas. Jumlah air yang ilang tergantung pada aktivitas fisik dan kondisi cuaca. Faktor lain yang mempengaruhi kandungan air dalam tubuh adalah kondisi kesehatan, pengobatanm, perubahan hormon, dan nutrisi/gizi buruk.

Haus bukan indikator yang baik untuk dehidrasi. Ketika anda merasa haus, sebenarnya anda sudah berada dalam kondisi dehidrasi ringan. Ciri-ciri dari dehidrasi awal adalah menurunnya energi/lemas, sakit kepala, dan limbung.

Ciri-ciri yang lain :
- Warna urin gelap, mempunyai bau pesing yang menyengat, dan intensitas ke buang air kecil yang jarang
- Bibir, mulut, dan kulit kering
- mual
- konstipasi (susah buang air besar)
- naiknya suhu tubuh

Menemukan keseimbangan dalam konsumsi air memastikan tubuh anda berfungsi secara efisien akan membuat anda menjadi lebih sehat dan lebih awas. Keseimbangan air dalam tubuh juga akan mengurangi faktor resiko kesehatan yang serius. Selain itu juga membuat performa/kinerja anda akan lebih baik.
Rata-rata kadar air total dalam tubuh orang sehat adalah sebagai berikut : 
Perempuan: 45 - 60% Laki-laki: 50 - 65% 

Untuk atlit, diperlukan kadar air total dalam tubuh 5 % lebih tinggi dibandingkan rata-rata karena mereka mempunyai massa otot yang lebih besar. Massa otot mengandung air lebih banyak daripada lemak. Untuk orang yang kelebihan berat badan, tidak ada data spesifik berapa kadar air total nya tetapi jumlahnya akan lebih rendah dari pada rata-rata, jumlahnya bervariasi tergantung massa otot dan massa lemak.


4. Massa Otot. 


Massa otot memegang peranan penting sebagai mesin tubuh untuk membakar kalori. Semakin banyak kita berolah raga maka massa otot akan semakin tinggi yang berarti meningkatkan kecepatan energi/kalori yang dikonsumsi yang berakibat akan menurunnya kadar lemak tubuh dan berat badan secara sehat.




5. Nilai Fisik


Jika seseorang meningkatkan aktivitas fisiknya, ada kemungkinan berat badan mereka tidak berubah tetapi perbandingan antara lemak tubuh dan massa otot akan berubah yang akan mempengaruhi penampilan keseluruhan. 


Berdasarkan perbandingan kadar lemak tubuh dan massa otot, Nilai fisik dapat dikategorikan sebagai berikut :

Nilai Fisik 1 = OBESITAS TERSEMBUNYI. meski penampilan fisik terlihat sehat, tetapi massa otot rendah dan kadar lemak tinggi
Nilai Fisik 2 = OBESITAS. Massa otot sedang/normal, kadar lemak tinggi
Nilai Fisik 3 = GEMUK BEROTOT. Kadar lemak dan massa otot sama-sama tinggi
Nilai Fisik 4 = KURANG BEROTOT. Massa otot rendah, kadar lemak normal
Nilai Fisik 5 = STANDAR/NORMAL. Massa otot dan kadar lemak normal
Nilai Fisik 6 = BEROTOT (ATLIT). Massa otot tinggi dan kadar lemak normal
Nilai Fisik 7 = KURUS, massa otot dan kadar lemak kurang
Nilai Fisik 8 = KURUS BEROTOT. Kadar lemak rendah, massa otot normal
Nilai Fisik 9 = KURUS DAN SANGAT BEROTOT. Kadar lemak kurang, massa otot tinggi


6. Laju Metabolisme Dasar

Kebutuhan kalori harian dalam 24 jam diperlukan untuk memonitor berat badan anda dan lemak tubuh. Dalam menghitung kebutuhan kalori harian, kita harus melihat dua aspek :
1. Basal metabolic rate (BMR) : energi yang tubuh perlukan untuk mengerjakan fungsi dasar tubuh seperti bernafas, detak jantung, pengelolaan suhu tubuh

2. Energy for activity : energi yang dibutuhkan untuk bergerak dan beraktivitas, yang tergantung pada level aktivitas anda.

karena kebutuhan energi untuk beraktivitas per hari-nya, maka penentuan BMR lebih diutamakan untuk menghitung jumlah kalori yang dibutuhkan pada saat istirahat. Kecepatan metabolisme dihitung dari berbagai faktor diantaranya jenis kelamin, umur, massa otot dibandingkan lemak tubuh, dan jumlah aktivitas yang dilakukan sehari-hari, Pria mempunyai laju metabolisme cenderung konstan sehingga mereka mencapai umur 50 tahun saat hormon testosterone mulai berkurang. Sedangkan wanita memiliki perubahan metabolisme yang signifikan. Pada saat hamil dan menyusui mereka mempunyai laju metabolisme yang tinggi namun berkurang drastis saat menopause

Dengan memahami laju metabolisme dasar, maka pengelolaan berat badan akan lebih mudah dilakukan yaitu :

Naik berat badan : Asupan kalori > BMR
Turun berat badan : Asupan kalori < BMR
Mempertahankan berat badan : Asupan kalori = BMR

6. Usia Sel



Usia sel/usia metabolisme menunjukkan pada level usia mana BMR si pengguna berada. BMR akan menurun dengan meningkatnya usia. Semakin tinggi usia sel dari usia yang sebenarnya menunjukkan gejala bahwa tubuh mereka bergerak lebih lambat dari seharusnya. Akibatnya kegemukan, stamina berkurang, dan rendahnya daya tahan tubuh melanda.

BMR yang tinggi akan membangun otot sehat sehingga bisa membakar kalori lebih banyak lagi. Energi yang dihasilkan oleh pembakaran lemak akan meningkatkan daya tahan dan stamina seseorang.


7. Massa Tulang.

Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara massa tulang dengan massa lemak bebas dalam tubuh. Massa tulang ditentukan oleh jenis kelamin dan berat badan seseorang. Dalam badan yang sehat, diharapkan kenaikan massa otot sehat menghasilkan tulang yang kuat dan sehat jika diikuti dengan diet tinggi kalsium.





Untuk Wanita





Untuk Pria



9. Lemak Perut. 
Lemak perut/visceral fat adalah lemak yang berada di sekitar organ penting di area perut. Lemak perut berbeda dengan lemak biasa. Untuk mengetahui perbedaannya adalah tarik perut anda lalu coba cubit atau tarik lemak di bagian pusar. Lemak yang tertarik oleh anda itu adalah lemak yang berada di bawah perut. Lemak perut adalah lemak yang tidak bisa ditarik dan berada di bawah dinding otot anda.

Lemak jenis ini sangat banyak ditemui pada pria usia baya. Pria memang mempunyai kemungkinan memiliki lemak perut yang lebih tinggi dibandingkan wanita. Wanita cenderung menyimpan banyak lemak di bawah kulit yang disebabkan karena kebutuhan wanita untuk menyimpan lemak di bagian perut pada saat mereka hamil dan menyusui. 

Tingginya skala lemak perut akan meningkatkan kemungkinan terkena tekanan darah tinggi, sakit jantung, dan diabetes tipe 2. Lemak perut yang rendah akan menstabilkan kinerja insulin sehingga mengurangi kemungkinan kena diabetes. 

Lemak perut dinyatakan dalam skala :

Skala 1-4: Dalam batas sehat ideal. Pertahankan
Skala 5-9: CUKUP TINGGI. msh merasa sehat, perlu waspada agar tidak naik
Skala 10-14. TINGGI. sudah tanda bahaya,beresiko k penyakit degeneratif :diabetes, jantung, kanker, tekanan darah tinggi
Skala 15-59. SANGAT TINGGI. harus segera dikurangi. fungsi organ tubuh mulai menurun

Sumber: http://tanita.com

Jumat, 10 Januari 2020

SEJARAH BNKP DI NIAS DAN NIAS SELATAN HILISATARÕ

PENDAHULUAN
Yang terbesar dan paling padat penduduknya di antara pulau-pulau lepas pantai barat Sumatera ialah pulau Nias (kini sekitar 550.000). Pulau ini, sama seperti kepulauan Batu, Pulau Enggano, dan kepulauan Mentawai, baru dijajah orang Belanda sekitar tahun 1900. Sebelumnya, Belanda hanya menguasai daerah di sekeliling Gunung Sitoli. Penduduknya, khususnya di pulau Nias, tidak menjadi pelaut, tetapi hidup usaha bercocok-tanam (Nias) atau dari pemberian alam (Mentawai). Maka masyarakatnya bersifat tertutup dan adat serta agama turun-temurun berpengaruh besar. Agama Kristen pertama-tama dibawa ke pulau Nias oleh misi Katolik dari Perancis, yaitu Missions Etrangers de Paris, namun pekerjaan itu berlangsung singkat saja, dari 1832-1835. 

RMG adalah badan kongsi pekabaran Injil yang didirikan di Barmen, Jerman, pada tanggal 23 September 1828. Kongsi ini merupakan hasil pengaruh gerakan Pietisme yang melanda Jerman pada saat itu. Namun mereka menyebut dirinya Neo-Pietismen karena menyebut diri bagian dari Reformasi, dan tidak terikat dengan salah satu tradisi baik Luteran maupun Reformed. Umumnya mereka menyebut diri “Uniert” atau perpaduan Lutheran dan Reformed. Masuknya berita Injil melalui Misi Protestan ke Pulau Nias dimulai pada tahun 1865 oleh penginjil Jerman, E. Ludwig Denninger dari Rheinische Missions Gesellschaft (RMG) pada tanggal 27 September 1865. Tanggal 27 September ini dijadikan sebagai "Hari Yubelium BNKP.” Gustav Menzel, Denninger: Ama Wohalõwõ Ba Danõ Niha, (Gunung Sitoli: Panitia Yubelium 125 Fakhe Duria Somuso Dõdõ Ba Danõ Niha, 1990). 

Badan misi ini untuk sementara waktu dikirimkan dari Kalimantan. Pada saat itu penduduk pulau itu memeluk agama leluhur. Fangesa (pertobatan/ penyesalan), dodo (hati), sebua (besar). Arti harfiahnya adalah “pertobatan hati yang besar.” Namun diterjemahkan kemudian dengan “pertobatan masal.” Sebua (besar) diterjemahkan dengan orang banyak atau masal. Hingga tahun 1900, ketika pemerintah kolonial Belanda masuk, pertumbuhan gereja di sana berlangsung lambat sekali. Baptisan pertama dilakukan pada 1874. Sekitar 15 tahun kemudian (1890), jumlah orang Kristen yang telah dibaptis baru mencapai 706 orang. Jumlah ini bertambah hingga 20.000 orang pada 1915. Dari 1915-1920 komunitas Kristen di Nias mengalami kebangunan rohani yang besar, sehingga terjadilah pertumbuhan yang sangat pesat. Pada tahun 1921 sudah 60.000 orang dibaptiskan-pertambahan sejumlah 40.000 orang hanya dalam waktu lima tahun. Pada tahun 1936 Sinode BNKP yang pertama dibentuk dan hingga tahun 1940 dipimpin oleh seorang misionaris Jerman. Kebangunan rohani berikutnya (1938-1942, 1945-1949) tidak hanya melahirkan pertumbuhan tetapi juga perpecahan gereja (Fa’awösa khö Geheha and Fa’awösa khö Jesu). Sementara itu di Nias berkembang pula Gereja Advent dan Gereja Katolik Roma. Namun demikian BNKP tetap merupakan Gereja terbesar, yang mencakup 60% dari seluruh penduduk. Oleh karena itu, Gereja ini boleh dikatakan mempersatukan masyarakat Nias menjadi satu kesatuan etnik dan bahasa. 

MULA-MULA BERITA INJIL DI NIAS SAMPAI TERBENTUKNYA GEREJA BNKP SEKARANG INI
1. Nias: Tempat Gereja BNKP Tumbuh dan Berkembang Nias adalah sebuah pulau yang terletak di lepas pantai sebelah Barat pulau Sumatera.Sebenarnya masih banyak pulau-pulau yang lain yang ada disekitarnya, antara lain: Pulau Batu, Pulau Banyak, Pulau Mentawai, Pulau Enggano, dan lain-lain, tetapi pulau Nias adalah yang terbesar. Kata Tanö Niha yang akhirnya selalu menjadi sebutan bagi Pulau Nias. Tanö berarti “tanah, bumi” dan Niha artinya “manusia, orang”. Sehingga Tanö Niha berarti tanah atau bumi manusia. Penduduknya selalu menyebut dirinya sebagai Ono Niha. Ono artinya “anak” atau “manusia” sehingga Ono Niha berarti “anak manusia”. Sedangkan orang lain yang bukan Nias disebut dengan Ndrawa (orang asing, orang luar Nias), misalnya Ndrawa Aceh (orang Aceh), Ndrawa Hulöndra (orang Belanda). Kecuali orang Cina yang dipanggil dengan Gehai (Kehai). Menurut Tuhoni Telaumbanua, orang Nias telah lama mendiami Pulau Nias. Mereka juga beradaptasi dengan suku bangsa lain seperti Minang, Aceh, Batak, Bugis bahkan dari luar negeri seperti Cina, Persia, Belanda, Arab, dan lain-lain.

Dari ciri-ciri fisik ini tidak jarang orang Nias baik yang ada di Nias terlebih diperantauan, orang menyebut mereka seperti keturunan Cina, Korea atau Jepang. 2. Masuknya Berita Injil di Nias 2.1 Agama Asli Suku Nias Sebelum datangnya berita Injil di Nias yang nantinya melahirkan satu lembaga gereja BNKP, orang Nias memiliki satu agama suku yang disebut dengan agama “penyembah roh” atau agama Pelebegu yang artinya “penyembah patung” (Molohe Adu). Sebagai alat untuk penyembahan, mereka membuat patung-patung kayu yang disebut adu. Patung-patung kayu ini dipercaya sebagai tempat roh leluhur disebut adu satua (patung leluhur), sehingga harus dirawat dengan baik. Sebagai tempat ibadah yang mana patung-patung ini ditempatkan dibangun satu tempat atau rumah yang disebut osali (kata ini nantinya dipakai untuk Gereja dalam bahasa Nias). Untuk menyampaikan segala permohonan, keluhan, pergumulan kepada para roh leluhur membutuhkan seorang penghubung yang disebut dengan ere (imam). Selain itu, bagi orang Nias, semuanya nilai, norma dan tata kehidupan masyarakat diatur dalam dan melalui Fondrakö (Nias) atau di Nias Selatan disebut Famadaya Harimao. 

Fondrakö berarti menetapkan artinya semua aturan ditetapkan dalam musyawarah bersama. Yang mengikuti akan selamat, namun yang tidak taat akan menerima kutukan. Melihat dari esensinya Fondrakö ini mirip dengan Hukum Taurat bagi orang Yahudi. Orang Nias sangat taat dan takut dengan fondrakö ini sehingga susah menerima Injil. Sama halnya dengan ajaran-ajaran Yesus yang tidak berterima bagi orang Yahudi. 2.2 Masuknya Berita Injil di Nias 2.2.1 Masa Permulaan Yang Sulit (1865 – 1890). 
Pada awalnya memang sulit merubah kepercayaan asli orang Nias karena telah mengakar dalam diri mereka. Hal ini ditambah pada saat itu orang Nias sedang berada di bawah pemerintahan kolonial Belanda dengan ciri-ciri umum berkulit putih, rambut pirang dan tinggi besar. Sehingga pandangan mereka setiap orang dari luar yang memiliki ciri-ciri di atas termasuk misionaris dianggap sebagai penjajah. Belum lagi persoalan wabah penyakit malaria yang memang tinggi di Nias. Usaha pekabaran Injil di Nias mula-mula berasal dari misi Katolik dari Prancis, yaitu Missions Etrangers de Paris pada tahun 1922-1923. Mereka mengutus 2 (dua) orang Pastor, bernama Pere Wallon dan Pere Barart. Misi ini tidak berhasil karena keduanya jatuh sakit akibat wabah penyakit malaria dan salah seorang dari mereka meninggal dunia setelah 3 (tiga) hari tinggal di sana dan 3 (tiga) bulan berikutnya menyusul yang seorang lagi. 

Barulah pada tahun 1865, seorang penginjil Jerman, bernama Ernst Ludwig Denninger tiba di Gunungsitoli pada tanggal 27 September 1865. Dia adalah utusan dari badan Zending, Rheinische Missions Gesselschaft (RMG) Barmen, Jerman tahun 1971 menjadi VEM, sekarang UEM. Awalnya Denninger bertugas di Kalimantan. Sehubungan sedang terjadi Perang Hidayat di sana, dia beserta 9 (sembilan) orang misionaris lainnya melarikan diri dan mereka tiba di Padang (Sumatera Barat). Ketika teman-temannya yang lain melanjutkan misi Kristus ke tanah Batak, Dennigger tinggal di Padang, oleh karena istrinya sakit keras. Di sana dia bertemu dengan orang-orang perantauan dari Nias (± 3000 orang), bergaul dengan mereka dan tertarik untuk datang ke Nias. Sehingga, Denninger belajar bahasa Nias. Dalam pertemuannya dengan orang Nias di Padang pada tahun 1863, dia pernah melakukan pembaptisan kepada seorang anak perempuan Nias, berumur 17 tahun. Nama kecilnya adalah “Ara”, dan setelah dibaptiskan diberi nama oleh Tuan Denninger, Gertruida Christina. Dan akhirnya dia mengambil keputusan untuk melayani di Nias, sehingga pada tanggal 27 September 1965, Tuan E. Deninger tiba di Gunungsitoli. Tanggal kedatangannya ini oleh gereja-gereja di seluruh Pulau Nias menjadikannya sebagai awal masuknya Injil di Pulau Nias. Denninger merasa bahwa keberhasilan dalam pekabaran Injil di tengah-tengah orang Nias salah satunya melalui pendidikan selain kesehatan, diakonia (pemberian makanan, tembakau, pakaian, dan lain-lain) dan pembangunan ekonomi masyarakat (salah satunya cara bercocok tanam yang baik). Itulah sebabnya pada tahun 1866, Deninger, membuka Sekolah Anak-Anak di Gunungsitoli. Dia mengajar mereka membaca dan menulis. Muridnya hanya 6 (enam) orang, salah satunya adalah Kaneme, anak seorang Salawa (bangsawan). Namun mereka datang hanya karena senang dengan “pemberian” Denninger. Sehingga mereka belum siap untuk dibaptis. Pada saat itu juga, Denninger mulai menterjemahkan Injil Lukas dan Yohanes dalam bahasa Nias, yang menjadi kekuatannya dalam mengabarkan Injil. Pada tahun 1872 datang seorang lagi missionaris dari RMG, Jerman, yaitu J.W. Thomas. Untuk sementara waktu, dia tinggal bersama dengan Denninger di Gunungsitoli untuk belajar bahasa Nias. Kemudian, dia pindah ke Ombolata. Tahun 1873 datang lagi seorang missionaris yaitu Friedrich Kramer. Dan Kramer inilah yang membaptiskan pertama sekali orang Nias menjadi Kristen yaitu sebanyak 25 orang di Desa Hilina’a atas nama Yawa Duha (Kepala Kampung Hilina’a), beserta keluarganya. Hal ini terjadi pada tanggal 05 April 1874 bertepatan dengan Paskah. 

Pada tanggal, 08 Agustus 1875, terjadi perpisahan kepada Denninger, oleh Thomas dan Kramer beserta semua yang telah dibaptis. Pada saat inilah diadakan sakramen Perjamuan Kudus yang pertama sekali di gereja Nias (± 100 orang). Dua hari kemudian, pada tanggal 10 Agustus 1875, Tuan Deninger, meninggalkan Nias menuju Batavia (Jakarta sekarang), oleh karena kondisi kesehatan yang kurang baik. Satu tahun kemudian, tepatnya tahun 22 Maret1876, Denninger meninggal di sekitar wilayah Bogor. Oleh Kramer, Denninger diberikan julukan, “Ama Halõwõ Zamatenge Ba Danõ Niha” (Bapa Pemberita Injil di Nias). Namun satu hal yang perlu dicatat bahwa sampai sekarang, foto Denninger tidak pernah diketemukan. Dan sebagai tanda untuk mengingat dirinya salah satu gereja diberi nama Denninger, yaitu Jemaat BNKP Denninger, yang berada di Tohia, Gunungsitoli, kurang lebih 2 km dari pusat kota Gunungsitoli. Pada tahun 1876 datang Dr. W.H. Sunderman di Gunungsitoli, dan dia langsung belajar bahasa Nias. Kemudian pada 1886 dia tinggal di Lõlõwua sampai tahun 1902. Selama di Lõlõwua, Sundermann menterjemahkan Alkitab dalam bahasa Nias seperti yang kita kenal sampai sekarang dan selesai pada tahun 1908. Demikian juga buku Agende atau liturgi gerejani dari bahasa Jerman ke bahasa Nias, dan Katekhismus Luther. Buah dari pekerjaan para misionaris ini mulai tampak ketika pada tahun 1876 berdiri Gereja pertama di Nias, di Ombõlata. Kemudian untuk membantu mereka pada tahun 1895 pada bulan Maret dibuka Sekolah Guru Injil pertama di Ombolata. Pada tahun 1881 datang lagi misionaris kelima bernama J.A. Fehr. Dia ini yang mengantikan J.W. Thomas di Ombõlata pada tahun 1883, sebab J.W. Thomas pergi berusaha membuka pos Pekabaran Injil di Sa’ua (Nias Selatan), meskipun usahanya itu ternyata gagal. 

Walaupun banyak kesulitan yang dialami serta jangkauan Pekabaran Injil yang dapat dicapai tidak begitu luas, namun dalam periode ini telah berhasil dibaptis sebanyak 699 orang (148 orang di Gunungsitoli, 348 orang di Ombõlata dan 203 orang di Dahana). Juga diantara mereka telah dipilih beberapa orang menjadi penatua. Daerah yang dicapai hanya di sekitar Gunungsitoli saja, dengan 3 Pos Pekabaran Injil yaitu Gunungsitoli, Ombõlata, dan Dahana. Pada masa ini juga dibangun gereja pertama di Nias di Ombolata pada tahun 1876. 2.2.2 Masa Perluasan/Penyebaran (1890-1914) Masuknya Injil di Nias bagian Tengah dan Nias Bagian Barat. Pada tahun 1896, Dr. W.H. Sundermann membuka pos pelayanan di Lõlõwua (17 km dari kota Gunungsitoli). Di Lõlõwua ini Sundermann berhasil menterjemahkan Alkitab ke dalam Bahasa Nias, dan dengan Katekhismus Luther yang disebut “Lala Wangorifi”. Masuknya Injil di Pantai bagian Timur sampai di Nias bagian Selatan. 

Usaha pekabaran injil di Nias bagian Selatan baru dapat dibuka pada tahun 1908, yaitu setelah pemerintah Hindia Belanda berhasil menduduki Nias Selatan. Sehingga Pendeta H. Rabeneck berhasil membuka pos pekabaran Injil pertama kali di Nias Selatan di Sa'ua Ori To'ene pada tahun 1909 dengan dibantu oleh dua orang tenaga guru yaitu Faedogõ di Hiligeho dan Fangaro Zebua. Baptisan pertama di sana baru terjadi pada tahun 1912 (bukan 1916). 

Di Nias Selatan  diketahui bahwa Desa Hilisatarõ yang dikenal suatu desa yang mula pertama sebagai Pendiri Gereja Kristen, lihat buku Waõ-Waõ Duria Somuso Dõdõ BNKP ba Danõ Niha, halaman 17, bagian V fs.2.
Yang pertama-tama dibaptis oleh Tuan Rabenneck pada tahun 1912 (bukan 1916) ada 8 keluarga (bukan 87 orang).
Pelopor Pendidikan dan Pendiri Gereja di Desa Hilisatarõ, Gereja Pertama di Nias Selatan yang diasuh oleh Tuan H.Rabenneck adalah:
1. Amada Soluzu
2. Amada Fasulõ
3. Amada Goba'itaõgõ
4. Amada Pdt.Wkl.Hata Laia
Menyusul kemudian 
5. Amada Wano'e
6. Amada Mehõnõ
7. Amada Sai'õtõ.





















Masuknya Injil di Nias bagian Utara. Pada tahun 1903 Pendeta Noll membuka Pos Pekabaran Injil di Bo’usõ. Orang-orang yang datang dan pergi melalui Bo’usõ ini mempercepat tersiarnya berita Injil di kalangan penduduk di Nias Bagian Utara, sehingga pada tahun 1910 Tuhenõri Ama De’ali yang bergelar Samasiniha dari Hilindruria bersama 3 orang Salawa datang meminta kepada Pendeta Noll agar membuka pos Pekabaran Injil di Hilimaziaya. Masuknya Injil di Pulau-Pulau Batu. Masuknya injil di Pulau-pulau Batu bukan atas usaha RMG tetapi atas usaha Luthersche Zending Genotschap dari Negeri Belanda. Yang membawa berita Injil di sana adalah Johannes Kersten yang tiba di Pulau Tello pada tanggal 25 Februari 1889. Seperti halnya di daratan Pulau Nias, Pendeta Johannes Kersten di sana juga menghadapi wabah penyakit dan permusuhan antar kelompok penduduk. Pada akhir tahun itu datang pula Pendeta C.W. Frickenshmit, dan tidak lama kemudian menyusul P. Landwer yang berhasil membuka pos pekabaran injil di Pulau Sigata pada tahun 1896. 3. 

Masa Pertobatan Massal (Fangesa Dödö Sebua) Perkembangan dan pertumbuhan kekristenan di Nias mencapai puncaknya pada tahun 1916 dengan apa yang disebut Fangesa Dödö Sebua (Pertobatan Hati Massal) semacam Gerakan Kebangunan Rohani Besar/ Massal. Peristiwa ini bermula di Humene (± 10 km dari Gunungsitoli) ketika seorang “guru bantu” di sekolah Zending bernama Filemo pada bulan April 1916. Pada saat itu sedang ada berlangsung kebaktian Paskah sekaligus Perjamuan Kudus dengan misionaris Ruderrsdorf sebagai pelayannya. Setelah mendengar Firman Tuhan tiba-tiba Filemo menangis dan menjerit sambil berkat “Horögu! Horögu!” (Dosaku! Dosaku!). Orang banyak mengira dia “gila” atau “sakit”, tetapi Ruderrsdorf yang berlatar belakang Pietis memahami kondisi ini. Dia mengatakan bahwa Filemo tidak sakit, melainkan dia menyesal akan dosa-dosanya. Ruderrsdorf menuntun Filemo untuk mengakui dosa dihadapan Tuhan dan meminta maaf terhadap setiap orang yang merasa dia bersalah. Dia melakukan itu semua dan setelahnya Filemo merasa damai dan tenang. Anehnya kepada setiap orang Filemo meminta maaf, orang tersebut juga menangis dan menyesali dosanya sehingga pergi meminta maaf kepada yang lain. Peristiwa ini cepat menyebar ke seluruh wilayah daerah pelayanan para misionaris, sehingga banyak orang yang menyesali dosanya dan kembali ke jalan Tuhan. Dampak positif dari gerakan ini nampak pada pertumbuhan kuantitas dan kualitas iman warga jemaat. Segi kuantitas terjadi pertambahan jumlah orang Kristen secara signifikan. Pada tahun 1915 jumlah orang Kristen di Nias tercatat 20.000 jiwa (hasil pelayanan 50 tahun). Pada tahun 1929 menjadi 85.000 jiwa. Bertambah 65.000 jiwa hanya dalam kurun waktu 14 tahun saja. Juga dalam kehidupan sehari-hari orang-orang Nias yang telah menjadi Kristen, benar-benar menunjukkan dirinya sebagai orang yang percaya kepada Yesus. Banyak yang membuang “Adu”, hidup dalam perskutuan-persekutuan dan kejahatan seperti perkelahian, pencurian, perampokan mulai berkurang. 

Pada saat ini kerinduan orang mendengar Firman Tuhan sungguh besar. Sehingga dimana-mana bermunculan persekutuan doa yang disebut dengan Sekola Wanusugi Dödö atau Sekolah Niha Keriso. Pada saat ini banyak tercipta lagu-lagu rohani yang berisi pertobatan dan perubahan hati. Sayang sekali, kemudian hari seiring dengan putusnya hubungan antara BNKP dengan RMG akibat Perang Dunia II pada tahun 1940-1953 dan Jepang menguasai Indonesia, gejolak di dalam gereja mulai timbul. Salah satunya muncul Fangesa Dödö Solaya (Pertobatan Hati Dengan Menari) yang sudah “campur dengan ilmu hitam” dan menjadi “sesat” oleh gereja. Gerakan ini mulai timbul di Nias Barat. Pada saat itu yang muncul adalah penekanan pada karunia rohani dan sikap menantikan akhir zaman. Pada saat ini juga muncul para pengajar “sesat” yang mengandalkan mimpi-mimpi, muzijat dan memakai nama-nama Allah dalam bahasa Ibrani (seperti Yahweh, El Roy, El Elyom, dan lain-lain) sebagai satu kekuatan 4 Terbentuknya BNKP (1936 – Sampai Sekarang) Dampak lain dari munculnya Gerakan Pertobatan Masal adalah timbulnya kerinduan dari para missionaris yang didukung oleh pelayan lokal dalam hal penataan organisasi. 
Hal ini berbuah pada pelaksanaan Sidang Sinode I pada tanggal 08–11 November 1936 di Gunungsitoli. Sidang ini menghasilkan beberapa keputusan penting antara lain: 

Pertama, membentuk satu wadah yang menyatukan seluruh gereja di Nias yang disebut Banua Niha Keriso Protestan Ba Danö Niha (BNKP di Nias). 

Kedua, memilih Pdt. A. Luck (misionaris Jerman) sebagai Vorzitter (Ephorus) yang pertama dan para zendeling lainnya sebagai Praeses (Pendeta Resort) di 7 Ressort. 

Ketiga, menerima dan mengesahkan Tata Gereja yang kemudian pada tahun 1938 mendapat pengesahan dari pemerintah Belanda. 
Sehubungan dengan peralihan kekuasaan dari pemerintah Belanda kepada Jepang pada tahun 1940, maka seluruh Pendeta atau misionaris dari RMG diminta meninggalkan pulau Nias. Ini adalah ujian berat bagi BNKP di Nias karena kehilangan tenaga dan sumber dana dari RMG, tetapi menjadi berita sukacita karena orang Nias memimpin gerejanya sendiri. 

Dari sinilah mulai kemandirian dalam bidang organisasi di BNKP dengan Pdt. Atoföna Harefa, menjadi Ephorus pertama dari kalangan orang Nias. Melihat perjalanan masuknya berita Injil di Nias sampai berdirinya BNKP adalah salah satu anugerah dan rencana Tuhan yang luar biasa bagi seluruh masyarakat Nias. Mengenai arti BNKP sendiri tertuang dalam TG 2007, BAB I, Pasal 1:1 dan penjelasannya: “Banua Niha Keriso Protestan yang disingkat BNKP merupakan persekutuan orang-orang percaya kepada Yesus Kristus yang berasal dari suku Nias dan suku-suku lainnya di dunia” 

SUSUNAN LITURGI GEREJA BNKP 
Liturgi yang kontekstual adalah liturgi yang diharapkan oleh setiap para pemuka/ pemimpin keagamaan. “Diharapkan,” terkandung pengertian tahap/ proses yang harus dilalui. Jadi, kontekstualisasi liturgi adalah proses yang terus berjalan sejak gereja mula-mula beribadah baik secara otomatis (alamiah) maupun sengaja dilakukan penyesuaian. Kesimpulan logisnya adalah “tidak sah jika ada Gereja yang mengklaim bahwa liturgi asli sejak zaman para Rasul.” Keberbagaian liturgi tersebut menyangkut hal-hal kebiasaan, bahasa, tata liturgi, dsb. Ada beberapa metode penyesuaian, misalnya: adaptasi, inkulturasi, penerjemahan, dan lain-lain. Ketika Gereja mengadakan evaluasi, atau mengkritisi, atau menggumuli bahwa liturginya perlu diperbaiki, maka di situ telah terjadi proses kontekstualisasi (sekalipun masih dalam bentuk yang paling awal). Karena gerakan liturgis yang terjadi sejak hampir seabad lalu (marak setelah Perang Dunia II) telah memacu dan memotivasi setiap denominasi Gereja untuk terus membarui liturginya. Luther membuat buku tentang tata ibadah dengan judul “Tentang Tata Tertib Ibadah Jemaat,” sedangkan Calvin yang berkarya dan melayani di dua kota, yaitu: Jenewa (Swis) dan Strasburg (Perancis) juga menerbitkan buku-buku liturgi pada tahun 1542 yang berjudul: “‘La Forme des Prieres et Chantz ecclesiastiques, auec la maniere d’administrer les Sacramens, et consacrer le Mariage: selon la coustume de l’Eglise ancienne” (Artinya: Bentuk doa-doa dan lagu-lagu gerejawi dengan cara melayankan sakramen-sakramen dan meneguhkan pernikahan menurut kebiasaan gereja kuno) kedua bukunya juga tidak seragam satu sama lain – dan menyusun 150 Mazmur Jenewa. Penggunaan liturgi dari perpaduan dua liturgi ini telah digunakan di BNKP sejak Sidang Sinode I (1936) sampai sekarang. Liturgi tersebut memang mengalami perubahan pada: perbaikan redaksi (berupa penambahan/ pengurangan), nyanyian-nyanyian dalam liturgi dan penempatan dalam susunan tentang persembahan. Perubahan tidak dilakukan pada jiwa liturgi itu sendiri. Dengan bergabungnya BNKP jadi anggota Lutheran World Federation (LWF) yang bertepatan pada Sidang LWF yang dilaksanakan pada tanggal 12-19 Juni 2001, maka konsekuensinya adalah BNKP harus menentukan liturginya sendiri atau menyesuaikan secara murni dengan liturgi Lutheran. Menurut Tim Penyusun Liturgi BNKP, perubahan itu juga mencakup: “bentuk gereja, keadaan dalam ruang ibadah (seperti: letak mimbar, meja, altar, dll).” 1) Pertimbangan untuk Liturgi BNKP yang Kontekstual Sebagaimana sudah disinggung di atas, bahwa liturgi BNKP adalah gabungan dari unsur liturgi Lutheran dan liturgi Calvinis, di bagian ini akan diperlihatkan liturgi tersebut. Ibadah Umum i. Nyanyian pembukaan. ii. Votum. iii. Pembacaan Hukum Taurat. iv. Nyanyi. v. Pengakuan Dosa dan Pemberitaan Anugrah. vi. Nyanyi. vii. Pembacaan Firman Tuhan (Epistel). viii. Paduan Suara/ Koor. ix. Pengakuan Iman. x. Nyanyian dan Persembahan. xi. Khotbah. xii. Nyanyi. xiii. Warta Jemaat. xiv. Nyanyian dan Persembahan. xv. Nyanyi, Doa Syafaat dan Berkat. xvi. Nyanyian Penutup. xvii. Salam Pembubaran. Paparan berikut hanya berupa usulan untuk dipertimbangkan oleh para petinggi jemaat kita di aras Sinode dan lebih spesifik kepada Tim Penyusun Liturgi BNKP. Usulan ini bertolak dari usaha untuk mempertahankan unsur liturgi BNKP (kekhasannya) dengan memperhatikan nilai-nilai kebudayaan setempat, kebudayaan dimana Lutheranisme hadir. Memperhatikan nilai-nilai budaya setempat adalah unsur lutheranisme yang kuat, tidak boleh diabaikan. G. Riemer menuliskan bahwa: “Luther menekankan penggunaan bahasa umum dalam keseluruhan ibadah berdasarkan keyakinannya, bahwa manusia diselamatkan karena mendengar Firman yang harus diterima dan dipahami sebaik-baiknya. Dalam suratnya kepada seorang ahli teologi, ia memohon bantuan ‘untuk mengikuti contoh nabi-nabi dan bapak-bapak apostolic, yang menukil mazmur-mazmur ke dalam syair bahasa Negara, agar Firman Allah diketahui secara umum melalui kidung-kidung ini.” Itu menandakan bahwa, budaya lokal, di mana lutheranisme hadir tidak dinilai sebagai hal negatif, atau menganggap unsur lutheranisme yang keEropan bernuansa sorgawi. Penilaian Luther terhadap hal ini didasarkan pada karya Allah dalam catatan Alkitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) yang berbicara melalui budaya setempat, unsur-unsur kebudayaan jadi sarana dalam mengkomunikasikan Injil. Luther dengan tegas menyatakan bahwa: “kebaktian sedapat mungkin harus diselenggarakan dalam bahasa lokal.” Dalam hal ini kita di BNKP selaku lutheranisme telah mempraktekkannya dengan tepat. 

TATA GEREJA BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) 
 1. Hakikat Dan Wujud Allah memanggil umat-Nya di dalam Yesus Kristus untuk mewujudkan kerajaan-Nya. Umat Allah itu adalah Gereja yang Am, Tubuh Kristus yang berada di segala tempat dan di segala zaman dan BNKP termasuk didalamnya. BNKP hidup dari penyataan Allah di dalam Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat, yang disaksikan di dalam Alkitab, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru; sehingga BNKP percaya bahwa hanya melalui Tuhan Yesus Kristus, gereja beroleh keselamatan dan pedoman hidupnya. Tuhan Yesus Kristus menuntun dan menggembalakan gereja-Nya dengan firman dan sakramen melalui kuasa Roh Kudus. BNKP adalah persekutuan orang-orang kudus yang telah dibaptis dalam nama Allah Bapa, Anak-Nya Yesus Kristus dan Roh Kudus, sebagai wujud nyata dari tubuh Kristus di dunia. BNKP adalah gereja Tuhan Yesus Kristus yang saat ini mewujud sebagai jemaat-jemaat, resort-resort dan sinode di Indonesia, yang melaksanakan misi Allah di tengah dunia. Jemaat, resort dan sinode BNKP, masing-masing dan bersama-sama merupakan perwujudan gereja Tuhan sebagai suatu gereja yang lengkap dan utuh. 2. Pengakuan Iman BNKP mengaku bahwa Allah adalah pencipta langit dan bumi serta segala isinya. Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia, raja damai, kepala semua pemerintahan, kepala gereja, dan sumber segala berkat. Roh Kudus adalah, Roh Allah yang hadir untuk membimbing, menghibur umat-Nya, seperti yang disaksikan di dalam Alkitab. BNKP mengaku bahwa Alkitab adalah firman Allah yang diwahyukan melalui para nabi dan rasul-rasul-Nya, berguna sebagai norma dasar bagi kehidupan gereja dan masyarakat. BNKP mengaku bahwa, manusia pribadi lepas pribadi: laki-laki, perempuan, anak-anak, orangtua, adalah ciptaan yang segambar dan serupa dengan Allah, karena itu, diakui bahwa setiap manusia, memiliki nilai, harkat dan martabat yang sama di dalam gereja, di dalam masyarakat dan juga di hadapan Tuhan. BNKP mengakui bahwa gereja adalah persekutuan orang-orang beriman dan percaya kepada Yesus Kristus, yang dibimbing dan diarahkan oleh kuasa Roh Kudus. Karena itu, gereja bukanlah milik seseorang, milik kampung atau milik wilayah tertentu. Gereja adalah milik Yesus Kristus, dan berfungsi untuk menyatakan kehendak-Nya kepada dunia ini. Berkat pertolongan dan bimbingan Roh Kudus, BNKP menerima Pengakuan Iman Rasuli dan Pengakuan Nicea-Konstantinopel menurut penjelasan dari gereja-gereja reformasi, terutama Katekhismus Martin Luther dan Katekhismus Heidelberg. BNKP mengakui bahwa, keselamatan telah disediakan oleh Yesus Kristus untuk seluruh makhluk, dan terutama bagi mereka yang beriman dan hidup di dalam kasih-Nya. 3. Tujuan Gereja BNKP BNKP bertujuan menyaksikan Injil Yesus Kristus kepada segala makhluk melalui persekutuan, kesaksian dan pelayanan seutuhnya.” 4. Tugas Panggilan a) Pelaksanaan Kebaktian BNKP mewujudkan persekutuan di dalam Tuhan Yesus Kristus untuk memenuhi tugas panggilan gereja. BNKP terpanggil untuk menyaksikan dan memberitakan penyelamatan Allah yang berpusat di dalam diri Yesus Kristus, demi keselamatan umat manusia dan segala makhluk. Kesaksian dan pelayanan dalam rangka menyatakan penyelamatan Allah dilaksanakan melalui pemberitaan dan perbuatan nyata, baik perorangan maupun sebagai persekutuan jemaat, resort, sinodal, dan persekutuan oikumenis. Kebaktian adalah aktifitas orang percaya dalam suatu waktu dan termpat tertentu yang mencerminkan persekutuan, pelayanan dan kesaksian yang terjadi dalam perjumpaan dengan Allah. BNKP menyelenggarakan kebaktian minggu dan hari-hari besar gerejani, Penelaahan Alkitab, persekutuan doa, Kebaktian Kebangunan Rohani, dan berbagai ibadah lainnya, seperti peneguhan sidi, peneguhan pernikahan, penguburan orang mati, peneguhan/penahbisan pelayan gereja, dan sebagainya. b) Pelaksanaan Sakramen Sakramen adalah tanda dan meterai karunia Allah dengan umat-Nya, yang dilaksanakan oleh gereja berdasarkan amanat Tuhan Yesus. BNKP melaksanakan dua sakramen yaitu: Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus. Baptisan Kudus adalah sakramen yang menunjuk kepada pengampunan dosa dan keterhisapan seseorang dalam gereja, serta tanda panggilan Tuhan ke dalam kerajaan-Nya. Yang menerima baptisan ialah: Orang dewasa dengan menyaksikan sendiri pengakuan imannya. Anak dalam keluarga Kristen yang dibaptis pada masa kecil dan orangtuanya bertanggungjawab penuh, sehingga ia dapat menyaksikan sendiri pengakuan imannya pada waktu ia disidikan. Baptisan dalam nama Allah Bapa, Anak-Nya Yesus Kristus dan Roh Kudus yang diakui sah. Baptisan dilaksanakan oleh BNKP dengan cara percik. Pembaptisan ulang tidak dibenarkan dan tidak diterima oleh BNKP. Perjamuan Kudus adalah sakramen yang menunjuk kepada persekutuan hidup orang percaya yang dibangun berdasarkan pengorbanan Yesus menuju kesempurnaannya pada saat kedatangan-Nya yang kedua kali. Sakramen Perjamuan Kudus dianugerahkan kepada jemaat supaya perjanjian Tuhan diwujudkan di dalam iman, kasih dan pengharapan. Perjamuan Kudus hanya dibenarkan diikuti oleh anggota jemaat yang sudah disidikan atau yang telah dibaptis dewasa yang tidak dalam keadaan dikenakan tertib gereja. Penggembalaan adalah upaya yang dilakukan gereja untuk menyembuhkan, membimbing, memelihara dan membebaskan, serta membangun anggota jemaat dalam hal ajaran dan perbuatan yang benar sesuai dengan penggilannya selaku anggota jemaat. Penggembalaan khusus adalah upaya yang dilakukan gereja untuk menolong anggota-anggota jemaatnya yang menghadapi berbagai masalah dalam hidup mereka. BNKP berkewajiban membina dan membimbing para anggotanya dan tenaga pelayan agar tetap sedia dan setia dalam melayani Tuhan menurut tugas dan panggilannya masing-masing. Pembinaan dan pengajaran dilaksanakan oleh gereja sebagai tugas panggilannya, antara lain: a) Sekolah Minggu b) Katekisasi Sidi c) Katekisasi orang dewasa d) Pembinaan dan pendidikan di sekolah-sekolah e) Pembinaan dan pendidikan para pelayan f) Pembinaan warga gereja g) Pembinaan kategorial 

 KESIMPULAN
 Gereja sebagai persekutuan orang kudus adalah milik Tuhan Yesus Kristus, (Yohanes 17:9), yang telah ditebus-Nya dengan mahal, yaitu dengan darah-Nya sendiri, (I Petrus 1:19). Tuhan sendiri yang mendirikan gereja, mengutusnya ke dalam dunia untuk menjadi saksinya, dengan kuat kuasa Roh Kudus, bagi kemuliaan Allah dan keselamatan ciptaan-Nya (Matius 16:18, 28:18-20; Lukas 2:14). Sebagai raja dan kepala gereja, Tuhan memerintah dan memimpin gereja-Nya melalui firman dan Roh Kudus, oleh karena itu gereja terpanggil untuk senantiasa di bawah bimbingan Roh Kudus, secara tekun berupaya menelaah, menghayati, dan mengamalkan firman Tuhan sebagaimana disaksikan oleh Alkitab Percaya akan pimpinan Tuhan, maka BNKP tidak melupakan sarana dan saluran yang telah dipergunakan Tuhan untuk mendatangkan berita Injil, sampai ke Pulau Nias dan pulau-pulau sekitarnya; hal ini tidak hanya tercermin dengan pencantuman nama-nama badan pekabar Injil tersebut dalam pendahuluan ini, melainkan juga dalam penghayatan warisan gerejani yaitu dengan sadar BNKP tidak mengikatkan gereja yang lahir dan bertumbuh dari pelayanan pekabarannya kepada salah satu konfensi yang ada, sehingga gereja itu terhindar dari konfensionalisme, yang menghambat gereja untuk bernafaskan kebebasan injili dan oikumenis. Warisan ini jugalah yang membuat mulus penyatuan BNKP yang lahir dari usaha pekabaran Injil yang berlatar belakang Lutheran di Pulau-pulau Batu dengan BNKP tahun 1960.



Potret Pdt.(wk). Hatazaro Laia (1886-1971)

Batu Nisan Pdt.(wk). Hatazaro Laia Disamping Gereja BNKP Hilisatarö

ba zi 1886 Tumbu Ia,
1912 Dibaptis oleh Tuan Rabineck bersama ibunya Somilaowo
1918 Menjadi Guru (Hulponderwys), 
1930-1950 Menjadi Guru Jemaat BNKP (Sinenge), 
1951-1952 Menjadi Wk.Pendeta BNKP  Telokdalam dan Sa'ua, 
1953-1971 Menjadi Guru Agama Kristen di SR Sa'ua, Bawöganöwö dan Hilisatarö, 
1 Juli 1971 Pensiun PNS, 
28 Desember 1971 Wafat. 

Fasöndrata si söchi andrö, ba no ulau, ba töröwa andrö, ba no u'o'ozui, Lö niböhöligu famati andrö.(II Tim. 4:7)

Jumat, 03 Januari 2020

HIMTO'ENE : HIMPUNAN MASYARAKAT ORI MAZINO, ORI TO'ENE ASI DAN ORI ONOLALU

HIMTO'ENE : Himpunan Masyarakat Ori Mazino, Ori To'ene Asi dan Ori Onolalu

LOGO HIMTO'ENE
DI DEKLARASIKAN DI: JAKARTA TMII, 1 MEI 2019
VISI MISI HIMTO'ENE
PATAKA HIMTO'ENE NI FAHOMBO BATU OLEH PEMUDA YANG DISERAHKAN KEPADA KETUA UMUM HIMTO'ENE OLEH KETUA DPRD NIAS SELATAN

PEMBUKAAN DEKLARASI HIMTO'ENE DIAWALI DENGAN
INDONESIA RAYA DAN TANO NIHA BANUA SOMASIDO

TEAM PEMUDA SI FA HOMBO BATU

PENYERAHAN BAJU ADAT KEPADA KETUA DPRD NIAS SELATAN SIDI ADIL HARITA
DAN SELENDANG ADAT KEPADA WAKIL KETUA DPRD YOHANA DUHA



PEMUDA HIMTO'ENE MENERBANGKAN PATAKA LEWAT HOMBO BATU

DISKUSI BPH HIMTO'ENE


KATA SAMBUTAN KETUA DPRD NIAS SELATAN SIDI ADIL HARITA

BENDAHARA UMUM HIMTO'ENE REVRAL LAIA

SEKJEND HIMTO'ENE BERITAMAN MADUWU

KETUA UMUM HIMTO'ENE GABRIEL LAIA


KATA SAMBUTAN KETUA PEMBINA HIMTO'ENE YULIUS EDISON DUHA






KATA SAMBUTAN SEKJEN HIMNI PDT.OTOLI ZEBUA


BENDAHARA UMUM FORNISEL FEBBY WARUWU































PENASIHAT HIMTO'ENE  ETIKA DUHA

KETUM HIMTO'ENE

KETUA DPRD NIAS SELATAN






MAENA MASSAL HIMTO'ENE



KETUA DPP FORNISEL ANTON ANOTONA ZAGOTO

KETUA UMUM IKMNT BAZATULO HAREFA



















Hilisataro tempo doeloe

Hilisataro tempo doeloe